Di bahasa jawa halus, kata ganti istri adalah "garwo" alias sigaran nyowo atau belahan jiwa/separuh nyawa. Sedemikian mulia peran istri, sampai diibaratkan separuh nyawanya suami. Namanya juga nyawa atau ruh, maka keberadaannya sangat vital di kehidupan.
Idealnya, suami istri harus saling melengkapi. Bergandengan tak puas mengilmui diri, bertumbuh bersama dalam segala hal. Tentu besar harapan, bisa langgeng dan hanya maut memisahkan. Semoga, terkabulkan sehidup sesurga-- aamiin.
Sebagai muslim, saya mengamini soal pembagian tugas dan peran di rumah tangga. Suami istri ibarat satu kesatuan, saling menguatkan tak terpisahkan. Masing-masing memiliki peran pentingnya, tidak ada salah satu lebih unggul dibandingkan yang lain.
Maka -- entah suami entah istri-- jangan pernah merasa, paling lelah dan paling berjuang Klik SINI. Bahwa setiap tugas dan peran, punya titik kelelahan dan daya juang dengan versinya sendiri. Jangan diperbandingkan, agar tidak menjadi konflik.
Wabil khusus suami, jangan merasa paling berkuasa. Sebagai qowwam (pemimpin), tugas dan tanggung jawabnya memang besar. Secara kasat mata, fisik suami lebih perkasa dan keputusannya berpengaruh.
Tetapi please, ada part yang tetap memerlukan peran serta istri. Baik dalam mengambil keputusan, terutama yang membutuhkan insting perempuan.
So, libatkan istrimu disegala urusanmu.
-----
Dari sudut pandang suami, saya mengakui seratus persen. Soal pencarian nafkah adalah tugas yang tidak mudah. Peran kepala keluarga, yang menuntut kerja keras banting tulang peras keringat. Para ayah rela, rela kepala jadi kaki kaki jadi kepala.
Berat memang, tapi ayah musti berusaha menjalani amanah dahsyat tersebut. Menjadikan tugas mencari nafkah, sebagai medan juang untuk jihad fisabilillah. Kalau sudah mengumpamakan jihad, maka nafkah dibawa musti halal dan thayib.