Membincang kuliner di bumi pertiwi, rasanya tidak ada habisnya. Setiap daerah punya ciri khas, dan taste-nya tak sama. Kadang makanan namanya sama, tetapi ada tambahan bahan tertentu yang membeda.
Misalnya pecel sayur khas madiun, begitu di surabaya beda campuran sayurannya. Kalau di kota asalnya ada kembang turi, maka sampai Kediri ditambah tumpang -- semacam bothok.
Btw, gado-gado jawa timuran, beda jauh dengan gado-gado Betawi. Kalau di kampung saya di jatim, gado-gado bumbunya disiram. Maka begitu ke Jakarta, gado-gado bumbunya diuleg.
Pun makanan khas Laksa, semula saya pikir hanya milik Betawi. Tetapi waktu bertandang ke kota hujan, ternyata ada juga laksa khas Bogor. Bahkan ada, laksa legendaris di kota ini.
Namanya Laksa Pak Inin, saya dapati warungnya di Cihedeung. Lokasinya memang agak minggir, tidak jauh dari Stasiun Batu Tulis Bogor. Saya yang anak kereta, musti naik ojek dari Stasiun Bogor.
Meski warungnya sederhana, tetapi pengunjungnya rame dan laris. Konon laksa pak Inin memang beda, karena racikannya turun temurun dari tahun 1965. Sekarang dijalankan generasi ketiga, dan citarasa autentiknya terpertahankan.
Pengolahannya secara tradisional, memakai kuali dan dimasak dengan tungku. Kemudian menggunakan bahan bakar kayu, yang membuat rasanya tetap sedap.
Pembeli bisa melihat saat menyiapkan hidangan, yaitu lontong, oncom, toge, bihun diguyur kuah laksa. Kemudian dicampur irisan tahu kuning padat, serta telur rebus bulat. Kalian yang selera pedas, bisa menambah sambal yang disediakan.
Biar makin seru bersantap laksa bogor, bisa ditambah gorengan atau kerupuk. Seporsi laksa Bogor komplit, dibandrol di harga lima belas ribu.
Saya sarankan datang sebelum jam makan siang, agar tidak antre terlalu lama. Kemudian bisa dapat tempat duduk, serta memilih meja yang nyaman.