Kalau ada istilah "lidah tak bertulang", saya sepakat dan begitulah adanya. Berucap sangatlah mudah, bisa dibilang gratis tak usah bayar. Tetapi bahwa setiap ucapan, sesungguhnya membawa  konsekwensi.
Ucapan baik atau buruk, niscaya membawa dampak bagi si pengucap. Entah cepat atau lambat, dampak itu ada tiba. Bagi yang bersedia menanggung risiko ucapan, termasuk orang bertangung jawab. Hanya pengecut yang mangkir, enggan menanggung buah dari ucapannya.
Ikrar di ijab qobul, adalah ucapan yang sakral. Konsekwensi ditanggung, terhitung dari saat ijab ditunaikan. Lelaki yang berani berikrar, musti tegap menjalankan tanggung jawab. Bersetia seumur hidup, hingga tiba waktunya berpulang.
Lelaki yang membuktikan ikrar ijab, akan membentuknya menjadi suami/ ayah penuh tanggung jawab. Dan menjadi suami atau ayah yang amanah, niscaya akan membukakan jalan kemuliaan.
Lelaki penuh komiten, tidak ada hubungan dengan latar belakang. Mau --lelaki-- berpendidikan tinggi, atau tiada bersekolah, mau para sultan atau kaum jelata. Komitmen berdiri sendiri, dan bisa ditempuh siapa saja.
Sedemikian adil kehidupan berlaku, siapapun bisa menjadi apapun. Menjadi pribadi bertanggungjawab atau pengecut, menjadikan diri mulia atau hina. Semua bebas, dan risiko ditanggung masing-masing.
Tetapi bahwa lelaki sejati itu, bukan janjinya tapi komitmennya.
-----
Alhamdulillah, hari ini kita diperkenankan-Nya menghirup udara alam fana. Anugerah yang wajib disyukuri, meski hidup penuh tantangan untuk menjalani.
Setiap kita dengan jalan takdir tertuliskan, pasti terkandung maksud baik kehidupan. Tinggal kita, berusaha menjalani sebaik-baiknya. Meski tatatidak mudah.