Kompasianer, saya yakin pasti sepakat. Bahwa disamping keunikan, setiap orang -- dijamin-- pasti punya kekurangan. Kalaupun seseorang kelihatannya perfect, karena memang demikian musti ditampilkan di publik.
Yap, tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi. Kecuali Kanjeng Nabi Muhammad SAW, manusia pilihan teladan umat sepanjang jaman. Kita manusia biasa, sangat mungkin punya sedikit kebaikan dan lebih banyak dosa.
Namun ijinkan, saya mengucapkan selamat untuk ke-keren-an kalian. Sudah bertahan sejauh ini, meski badai ujian kehidupan menerpa silih berganti. Bagi saya sanggup bertahan, adalah sebuah pencapaian.
Siapapun tanpa terkecuali, digariskan jalan takdir untuk ditempuh. Ada saat jatuh yang menggantikan kejayaan, ada saat senang setelah masa sedih. Semua keadaan dipergilirkan, agar setiap orang mau belajar. Bahwa ujian setiap orang tidaklah sama, semesta telah menetapkan ukurannya.
Terkhusus yang menikah dan terus bertahan, kalian sungguh luar biasa. Tinggal seatap dan berbagi ide atau gagasan, dengan seseorang tentu butuh effort yang sangat besar. Apalagi seseorang, yang masing-masing sudah tahu baik buruk sampai aibnya sekalipun.
Membutuhkan upaya penerimaan yang besar, butuh berdamai dengan keadaan, sangat perlu skill untuk mengelola ego. Mempertahankan pernikahan untuk alasan apapun, harus dibarengi upaya yang luar biasa.
----
Kompasianer, kalau dipikir-pikir relasi suami istri sangatlah unik. Bermula dua orang tak kenal, sebelumnya sendiri- sendiri menuruti ego-nya. Kemudian bertemu, dengan sadar mengikatkan diri pada tali pernikahan.
Haqul yakin, pasti sadar bahwa tantangan menikah tidaklah ringan. Seiring berjalannya waktu, masing-masing belajar mencerna keadaan dan kenyataan. Besar kemungkinan, ada fase terkaget-kaget.
Mendapati pasangan, dengan karakter kurang menyenangkan. Pun, pasangan mau tak mau dituntut ngertiin diri. Maka masa-masa adaptasi yang njlimet itu, tetap harus dilewati.