Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pendakian Kita Sama Hanya Kerikilnya yang Berbeda

24 November 2024   10:58 Diperbarui: 24 November 2024   11:00 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana jelan ijab kabul- dokumentasi pribadi

Kita dilihat orang lain, dari sisi keenakan-keenakan versi pengomentar. Ujung-ujungnya, ada maksud dan tujuan terselubung setelahnya. Biasanya terkait uang, biasanya terkait minta dibantu dan semisalnya.

Saya pernah mengalami hal itu, saya memilih diam tersenyum dan mengaminkan. Meski tetap ada dongkolnya, ketika saya dikata-katain karena tidak meminjami uang. Karena saat itu, kami juga sedang tidak berlebih, dan ada kebutuhan lain musti ditunaikan.

Saya dan istri, termasuk orang yang tidak berisik. Kesulitan yang dialami, biarlah kami sendiri yang menanggungnya. Tidak kami ceritakan ke sembarang orang, hanya yang dekat itupun kalau terpaksa.

Apalagi cerita ke orangtua, pantang bagi kami mengabarkan kesulitan. Sampai ayah saya meninggal, menyusul kedua mertua meninggal. Seingat kami, sekalipun tak ada keluh kesah. Kini tinggal ibu yang sudah sepuh, tak ingin saya menambah beban pikiran.

Kami sebagai suami istri, sudah ditempa dengan kehidupan. Sebagai orang dewasa, sudah seharusnya menanggung risiko atas perbuatan sendiri.

Pendakian Kita Sama Hanya Kerikilnya yang Berbeda

tangkapan layar status FB @cahayaislam
tangkapan layar status FB @cahayaislam

Kompasianer, masing-masing kita bersanding dengan ketidak idealan. Tugas kita, adalah berdamai dengan kondisi dan terus beusaha. Mengatasi ketidak idealan itu, sehingga hari ke hari berjalan dengan balance -- seimbang.

Kehidupan dengan segala dinamika-nya, sejatinya membuat hari hari kita terasa  semarak. Memang benar, menguras pikiran, menyita waktu dan tenaga, makan hati ataupun perasaan. Namun, demikianlah hukum alam berjalan.

Coba Kompasianer bayangkan, kalau kita hidup flat- flat saja. Tidak ada masalah diselesaikan, apa-apa sudah terpenuhi, sama sekali tidak dihampiri masalah. Kemungkinan besar, akan sangat membosankan dan kita tidak punya daya juang.

Kita semua, sesungguhnya telah memiliki suratan takdir. Dan takdir itu rahasia, tidak seorangpun bisa mengenggam garis hidupnya. Apa yang terjadi nanti, kita sangatlah buta akan hal itu. Kemisterian hidup, membuat hidup menjadi lebih hidup.

Kerahasiaan inilah, yang bisa menjadi alasan terbesar. Setiap orang tidak mudah putus asa, karena bisa memendam harapan besar. Untuk terwujudnya kebaikan-kebaikan, demi peningkatan kualitas dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun