Sepuluh tahun, mempunyai akun dan menulis di Kompasiana. Tentu membuat saya, punya banyak cerita dengan platform kenamaan ini. Cerita yang dialami sendiri , maupun kejadian bersama Kompasianer lain.
Saya masih ingat, kali pertama ada kegiatan di kantor Kompasiana di Palmerah Barat. Saya sempat nyasar di pasar palmerah, musti memutar -- jalan besar-- padahal ada jalan pintas lewat belakang. Kali pertama nonton bioskop acara Kompasiana, jadwal diundur hingga tengah malam.
Pertemanan dengan Kompasianer, membukakan aneka kesempatan tak terduga. Seorang tokoh publik dari Tangsel, mempercayai saya menuliskan buku biografi beliau. Karena beliau tahu, saya aktif menulis di Kompasiana.
Kesempatan yang langka saya rasakan, adalah menjejakkan kaki di Istana Negara. Kala itu jelang gelaran Kompasianival, 100 Kompasianer's diundang makan siang bersama Presiden Joko Widodo.
Pengalaman menang di beberapa blog competition, membuat semangat menulis semakin membara. Di benak tumbuh keyakinan, bahwa dari menulis bisa menghasilkan value dan atau benefit. Alhamdulillah, saya merasakan dampak baik tersebut.
Dan saya semakin percaya, bahwa dari menulis bisa digunakan untuk menebarkan kebaikan. Hal itu saya alami sendiri, saat menjadi pengurus Komunitas Ketapels.
-----
Pandemi memberi dampak yang sangat signifikan, semua sektor kehidupan terkena imbasnya. Membaca dan mendengar kabar sedih, rasanya sudah menjadi bagian keseharian kita bersama.
Banyak berita duka diposting di medsos, mulai orang terkenal, sekadar tahu nama tapi tidak dikenal dekat, saling mengenal tapi tidak akrab, tetangga jauh menyusul tetangga dekat, sampai orang terdekat, satu persatu berpulang ke alam baqa.
Pandemi dari sisi ekonomi, membuat banyak perusahaan gulung tikar. Supermarket raksasa sekalipun, terpaksa mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Akibatnya ratusan ribu bahkan jutaan pekerja dirumahkan, karena perusahaan tak sanggup menggaji.