Masih dari laman medsos, saya mendapati konten yang menarik. Membahas hubungan suami istri, yang (sangat mungkin) terinspirasi dari Qur'an dan hadist. Perihal kedudukan laki-laki sebagai kepala keluarga, yang nyatanya memang pertama dan utama.
Jujurly, saya merasakan sendiri. Sungguh luar biasa, challenging-nya menjadi ayah. Musti rela mengalahkan ego, mengedepankan kepentingan istri dan anak-anak. Idealnya ayah, menjadi garda terdepan sebuah rumah tangga.
Sedemikian utamanya peran ayah, hingga Qur'an menjelaskan secara khusus di surat An-Nisa' ; 34, "laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri)".
Berbahagialah para ayah, Qur'an telah memercayai kalian sedemikian rupa. Berarti pada diri para ayah, telah dianugrahi kemampuan menunaikan tugas mulia. Suami adalah qowam (pemimpin) bagi istri, dipundaknya ada tanggung jawab soal nafkah.
Suami yang teguh dengan kemanahan, niscaya akan dinaikan derajad. Segala tugas yang dijalankan dengan sungguh, seumpama menjadi jalan jihad.
Maka berbahagialah para suami, segala jerih payah tak akan ada yang sia-sia. Asalkan para suami, menjalani dengan sepenuh tanggung jawab. Sebisanya, semampunya.
----
Kebahagiaan rumah tangga itu tidak diawali dari istri, tapi... diawali dari suami.
Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang paling baik diantara kalian, adalah orang yang paling baik kepada istrinya"
Karena itu, istri adalah feedback dari suami. Jika ingin istri selalu tersenyum, maka suami harus membuat istri tersenyum duluan.
Jika suami ingin istri penuh pengorbanan untuk rumah tangganya, maka suami harus membuktikan terlebih dahulu pengorbanannya untuk istri dan anak-anaknya
Source ; tiktok
Kebahagiaan Rumah Tangga (Idealnya) Diawali oleh Suami
Konten di medsos tersebut, (sesungguhnya) benar-benar menjadi nasehat buat saya pribadi. Saya ayah dan suami, yang sangat banyak kekurangannya. Kerap merasa paling benar, karena merasa berkuasa di rumah.
Maka tak terhitung sudah, berapa kali telah membuat istri menangis. Entah dengan ucapan atau sikap, baik disengaja ataupun tidak disengaja. Dan dari air mata itulah, membuat rasa merana hinggap di hati istri.