Namanya kondisi keuangan, kadang-kadang di luar prediksi. Teman-teman yang sudah berkeluarga, kemungkinan sangat paham yang saya maksud.
Cara Hemat Siapkan Bingkisan Lebaran
Sebagai perantau, lebih dari tiga dasawarsa saya hidup di tanah seberang. Urusan mudik menjadi tidak sederhana, karena musti menyiapkan sejumlah dana yang tidak sedikit.
Untuk pulang kampung sekeluarga, setidak nya menyiapkan empat tiket musti dibeli (kalau PP berarti 8 tiket). Belum soal makanan saat di jalan, belum lagi bawaan untuk orangtua dan saudara tua. Masih ada lagi, menyiapkan angpao untuk keponakan.
Sampai di kampung, masih ada dana musti disiapkan. Biasanya sekeluarga pergi bersama, ke tempat wisata tidak jauh dari rumah. Kompasianer's tau sendiri, semua di hari lebaran harganya naik.
Menyoal bingkisan, akhirnya sebisa mungkin saya menyiasati. Meski tetap saja ada dana dianggarkan, tetapi tidak sebesar kalau musti belanja semua. Setelah saya praktekkan, rupanya cukup efekti. Terbukti selama ini, ibu dan saudara bersuka cita menerimanya.
-----
Sebagai konten kreator, saya mendapat undangan menghadari berbagai acara. Entah peluncuran produk, entah campaign sebuah brand, atau perayaan hari tertentu dari Kenterian atau isntansi pemerintahan.
Biasanya selepas kegiatan, kami undangan membawa pulang goody bag. Isinya macam-macam, bisa produk yang dilaunching, bisa barang yang relate dengan campaign, atau barang sesuai tema kegiatan.
Pernah saya mendapatkan kipas angin, sandal/ sepatu, tas atau produk UMKM, kain bahan atau batik, payung, blender, gelas multifungsi, timbangan badan elektronik dan lain sebagainya. Barang-barang keseharian seperti ini, biasanya saya simpan kalau tidak terpakai.
Saking seringnya mendapat goody bag, maka ada saatnya menumpuk. Â Nah, barang-barang tersebut disortir. Terutama barang yang tidak dipasang logo, atau dicap nama kegiatan saya simpan. Kemudian di hari lebaran, dijadikan isian bingkisan hari raya.