Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hmm, Yes or No Bukber dengan Teman Lama?

14 Maret 2024   11:44 Diperbarui: 14 Maret 2024   11:49 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat berpuasa Kompasianer's, semoga shaum teman-teman berjalan lancar. Saya sangat mengamini dan mengimani, bahwa Ramadan bulan penuh keberkahan. Saat yang tepat, untuk belajar lebih mengilmui diri. Menjadikan waktu demi waktu di bulan suci, dengan sebaik-baik kegiatan.

Ramadan hanya berlangsung tigapuluh hari, jadi jangan disia-siakan meski sehari. Tidak hanya meningkatkan ibadah badani, seperti sholat, mengaji, bersholawat dan semisalnya. Tetapi juga ibadah hati, misalnya dengan berbaik sangka, berlaku jujur, tidak khianat, dan lain sebagainya.

Ibadah jasmani dan rohani, musti seiring sejalan. Agar keseimbangan itu terjaga, selayaknya kehidupan di dunia fana. Dan perbaikan diri, musti dilakukan dari segala aspek. Diantaranya selektif memilih dan memilah kegiatan, agar terhindar dari ke-mudhorot-an.

Rasanya akan lebih afdhol, kalau bulan mulia diisi kegiatan produktif sekaligus bermanfaat. Kalau dipikir-pikir, saya sendiri telah membuang waktu dengan kegiatan sia-sia.

dokpri
dokpri

Soal bukber (buka puasa bersama), kegiatan yang marak diadakan di bulan Ramadan. Kalau bukber di rumah dengan keluarga, atau dengan saudara mungkin sudah umum. Saya hampir saban hari, bukber dengan istri dan anak-anak.

Semasa bujang, saya lumayan sering ikut bukber. Mulai dengan teman kantor, dengan teman satu kost-an, dengan teman-teman komunitas, dan lain sebagainya.  Termasuk bukber dengan teman-teman lawas, yaitu teman di awal merantau di Jakarta.

Kami orang daerah, terhitung dua puluh tahun lebih berkawan. Tidak semua bisa datang, tetapi cukup mewakili untuk geng dari Surabaya. Kalau sesekali bukber sih oke, tapi kalau keseringan jadinya kurang afdhol.

Menurut saya nih,  kegiatan bukber (sebagian) mulai bergeser esensinya. Saya mengalami dan merasakan sendiri, acara bukber tidak seperti di benak saya. Membuat saya berpikir ulang, untuk mengiyakan ajakan bukber.

Lagi-lagi, kalau sesekali tidaki masalah. Tapi kalau dua tiga kali, saya memilih tidak ikut.

Hmm, Yes or No Bukber dengan Teman Lama ?

dokpri
dokpri

"Teman-teman, minggu depan buka puasa di Pasaraya Blok M, yuk" celetuk seorang teman.

Kami teman sekantor, pindah ke Jakarta secara bersamaan. Dulu melamar pekerjaan, di sebuah kantor iklan di Surabaya. Proses seleksi cukup panjang, diadakan di kantor cabang di kota Pahlawan. Uniknya, setiap wawancara disampaikan untuk penempatan di Jakarta.

Saya pencari kerja dan butuh pekerjaan, mengiyakan saja tawaran itu. Karena yang penting bekerja, urusan pindah urusan belakangan. Apalagi gaji dijanjikan, menggunakan patokan UMR ibukota. Sangat cukup, memenuhi kebutuhan hidup seorang bujangan.

Kami sekitar lima belas orang, berangkat ke Jakarta (ada yang sendiri ada yang barengan). Bekerja di metropolitan, membuka kesempatan bertemu, berkenalan banyak orang. Terhitung baru setengah tahun berjalan, ada yang resign atau pindah kantor baru. Saya bertahan satu tahun lebih, setelahnya pindah ke kantor media ternama.

Meski berbeda kantor, kami tetap terhubung di aplikasi percakapan. Selain saling bertukar kabar, juga bertukar pengalaman baru. Hingga tercetus ide, berbuka puasa bersama. Dipilih di lokasi tengah, yang mudah dijangkau moda transportasi.

---

dokpri
dokpri

Bukber dengan teman lawas, menyenangkan dan sekalian berkangen-kangenan. Hal yang jamak terjadi, sholat maghribnya lewat apalagi tarawehnya bablas. Ketika saya mempermasalahkan hal ini, teman yang satu kost bedalih, bahwa taraweh bisa sendiri. Nyatanya sampai di kost, teman ini langsung tidur dan tidak taraweh.

Oke, saya sepakat, bahwa taraweh bukan sholat wajib. Tetapi kalau tidak ada hal urgent atau ada udzur, bukankah sebaiknya ditunaikan. Mengingat taraweh, adanya hanya di malam bulan suci.

Acara bukber, menurut saya bukan hal urgent atau mengandung udzur. Jangan sampai, membuat maghrib berjamaah lewat dan taraweh hilang.

Saya tidak anti sama sekali, terbukti sesekali ikut hadir di bukber. Tetapi berusaha menjaga maghrib berjamaah, di mushola yang disediakan tempat bukber. Dan sekiranya acara inti selesai, saya memilih ijin pamit lebih dulu. Agar bisa mengejar taraweh, di masjid dekat rumah.

So, yes or no bukber dengan teman lama?

Saya yes, tapi dengan catatan. Hanya sesekali dan seperlunya, kalau acara inti kelar saya pamit. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun