Setiap orang, pasti punya jatah sedihnya sendiri-sendiri. Sedih atas aneka macam alasan, karena kondisi tidak ideal sedang dialaminya. Tetapi bahwa kesedihan hadir, sejatinya tidaklah sia-sia. Justru selepasnya, akan membentuk seseorang menjadi pribadi lebih arif.
Asalkan orang mengalami sedih, bisa mengelola agar tidak berlarut-larut. Mampu beradaptasi dengan situasi, sehingga menemukan dirinya dalam kelahiran yang baru. Bahwa hikmah dari sedih, adalah mengantarkan pada sikap tak dinyana.
----
Saya kenal muka (tidak kenal nama), dengan seorang bapak usianya sepantaran. Kami tidak satu lingkungan tempat tinggal, tapi sering ketemu di masjid di kampung. Rumah saya berhimpitan dengan kampung, tempat ibadahnya sangat mudah dijangkau.
Anaknya seusia anak saya, yang kalau keduanya ketemu suka bercanda. Seperti umumnya anak usia awal belasan, suka kejar-kejaran atau hal iseng wajar. Kami para ayah, tersenyum melihat keduanya kenal dan akrab.
Ketika masa pandemi (2020- 2021) datang, intensitas pertemuan kami jauh berkurang. Ibadah di masjid sangat dibatasi, bahkan ada masjid yang meniadakan ibadah sama sekali. Sholat fardhu, sholat jumat, sholat taraweh, terpaksa dikerjakan di rumah.
Kami warga sangat jarang ke luar rumah, kecuali sesekali kalau ada perlu. Pun saya dan si bapak, ketemunya secara tidak sengaja. Entah saat melintas di jalan, atau membeli keperluan di warung atau minimarket terdekat. Kalaupun ngobrol seperlunya saja, kalaupun melihat dari kejauhan hanya saling bertukar senyum.
Saya yakin Kompasianer's masih ingat, bagaimana situasi masa pandemi. Saya merasakan suasana mencekam, karena nyaris setiap hari mendengar kabar duka. Pernah dari pengeras masjid, tersiar kabar duka sampai tiga kali dalam satu hari.
Belum lagi kabar duka di medsos, ada kenalan, teman, nama-nama tak asing dikabarkan berpulang. Termasuk kabar duka di media, berpulangnya para pesohor. Sungguh pilu hati ini, menapaki hari demi hari kala itu. Saya punya saudara sepupu di kampung, suaminya meninggal di usia muda. Sementara dua anaknya masih kecil, sangat membutuhkan figure ayah.Â