Kompasianer's, selamat menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadan. Semoga puasa kita membawa keberkahan, berhasil memroses diri menjadi pribadi lebih baik--aamiin.
Kita semua telah melihat dan merasakan bersama, bagaimana keadaan saat pandemi berlangsung. Nyaris di semua sektor kehidupan terpuruk, roda perkonomian mendadak lesu. Banyak usaha yang gulung tikar, disusul pemutusan hubungan kerja bagi karyawannya.
Tak terkecuali sektor pariwisata, yang terdampak luar biasa hebat. Kehidupan di daerah wisata, ibarat pepatah hidup segan mati tak hendak. Bener-bener memilukan, dan menjadi keprihatinan kita bersama.
Banyak beredar video di medsos, menggambarkan kondisi di beberapa tempat wisata kenamaan. Tempat yang biasanya riuh wisatawan, berubah senyap tak bergairah. Tempat-tempat landmark di daerah tertentu, seolah tak menarik minat pengunjung.
Kondisi lesu di daerah wisata, sangat berpengaruh pada sektor terkait dengan pariwisata. Misalnya toko souvenir, rumah makan, penyedia jasa tour guide, penyewaan alat transportasi, penyedia penginapan (termasuk hotel), pelaku usaha mikro kecil menengah yang membuat oleh-oleh khas, dan lain sebagainya.
Mereka merasakan dampak secara langsung, berpengaruh pada seretnya perputaran roda perkonomian. Dan kita selaku traveler atau pengunjung, juga tidak leluasa berbuat. Mengingat terkendala larangan bepergian, pun kondisi keuangan pribadi sedang prihatin.
Masa- masa pandemi, menjadi masa kelabu untuk kita semua. Baik sebagai warga suatu negara, pun sebagai bagian dari warga dunia. Karena kondisi serupa, terjadi di (nyaris) semua tempat di seluruh dunia. Termasuk dua kota suci umat muslim (Mekkah, Madinah), yang mengalami keadaan serupa.
Saya punya teman tinggal di luar negeri, tidak bisa pulang ke Indonesia selama masa tertentu. Karena pemberlakuan PPKM di negara bersangkutan, bahwa lockdown di daerah tempatnya bermukim.
-----
Melihat kondisi belakangan, kita bisa mulai bernafas lega. Ketika keadaan perlahan mulai membaik, ketika harapan-harapan itu bermekaran. Rasanya tidak ada alasan, untuk tidak bersyukur dengan geliat menggairahkan itu.