Saya tinggal di daerah Tangerang Selatan, di sebuah perumahan yang --dikenal-- langganan banjir. Beruntungnya posisi rumah saya, di blok yang lebih tinggi dibanding blok lain. Sehingga selamat dari banjir, meski demikian tetap merasakan imbasnya. Semalaman saja hujan, keesokan harinya  jalanan di blok kami penuh kendaraan diparkir.
Kasihan melihat warung sembako atau ibu nasi uduk , pagi hari terpaksa tutup karena banjir. Jalanan dan rumah warga tergenang air, sehingga aktivitas hari itu terkendala. Belum lagi, kalau ada lansia dan atau anak kecil di satu rumah. Bener-bener PR banget, untuk menyelamatkan mereka lebih dulu.
Dan akhir tahun 2022 lalu, kami warga sempat dibuat kaget dan bersyukur. Mendapat edaran dari RT, yang mengabarkan akan ada revitasasi sungai dan saluran air. Besar harapan, proyek ini menjadi solusi atas masalah klasik di perumahan kami.Â
Sudah terbayang di benak, rasa was-was hilang saat hujan turun di perumahan. Warga tak perlu mengungsi, apalagi sampai dievakuasi. Lansia dan anak-anak bisa tetap tidur tenang, tak panik ketika tiba-tiba hujan datang.
Benar saja, selang beberapa hari kemudian ada yang berbeda. Di jalanan utama perumahan, tampak beberapa excavator sedang ngetem. Alat berat yang siap mengeruk, mengambil endapan lumpur di sungai dan saluran air. Bertumbuh secercah harap di hati warga, bahwa alat berat ini bakalan menjadi perantara kebahagiaan itu.
Btw, melihat alat berat tersebut, seketika mengingatkan saya pada pengalaman kali pertama merantau ke Jakarta. Ketika itu saya menghandel iklan cetak,  jual alat berat bekas dan jual excavator Scanina. Bersama team kami berjibaku, sampai tahu daftar harga excavator segala--hehehe.
O'ya, pengerjaan revitalisasi (sungai dan saluran air) oleh Pemda, sekitar tiga atau empat bulan berjalan. Kami warga musti bersabar, karena akses jalan ditutup dan musti memutar jauh. Mau antar anak sekolah, saya musti lewat gang kecil kampung. Jalan setapak hanya cukup satu motor, sehingga musti pelan dan hati-hati.
Belum lagi kalau hujan, jalanan berubah becek, musti ekstra hati-hati naik motor. Pun kalau hari sedang terik, jalanan menjadi bertabur debu. Kemudian di beberapa tempat, musti bersisihan dengan alat berat saat hendak melintas.
Tetapi saya meyakini, bahwa semua hal --ketidakenakan---yang dijalani akan berbuah baik. Bahwa untuk hal dan atau tujuan baik, dibutuhkan proses dan perlu pengorbanan. Kami warga --terutama yang tinggal di pinggir jalan--, musti benar-benar legowo.