Riuh mudik mulai terdengar, setelah dua Ramadan ditiadakan. Di lingkungan tempat saya tinggal, ibu penjual sayur dan nasi sudah tutup. Biasanya mereka mudik bersama, patungan menyewa bus mini. Kalau dihitung-hitung memang lebih hemat, dibanding membeli tiket moda transportasi publik.
Bagi saya pribadi, bukan masalah mudiknya tapi soal bagaimana mengelola uangnya. Mengingat masa pandemi, memberi dampak telak (salah satunya) dari sisi ekonomi. Pemasukan tak sepadan dengan pengeluaran, banyak diantara kita terseok-seok. Apalagi belakangan, kita didera dengan kenaikan harga minyak dan pertamax.
Di satu sisi. mudik sudah menjadi tradisi turun menurun. Ajang berkumpul dengan keluarga besar, yang sekian lama tak berjumpa salin berpencar. Maka kita musti bisa menyiasati, ritual mudik tak menganggu keuangan rumah tangga. Kita musti ingat, tak lama setelah ini ada kebutuhan baru. Musim kenaikan kelas tiba, bahkan sebagian mencari sokolah baru lebih tinggi.
Tips mudik ala freelancer berikut, semoga membantu mengelola keuangan. Mengingat freelancer, cukup fleksibel dalam hal waktu. Sehingga bisa memilih mudik lebih cepat, sekaligus balik lebih awal. Setidaknya bisa menyiasati harga tiket, tidak setinggi di peak session. Etapi jangan lupa, tetap patuh prokes dan lengkapi diri dengan vaksin.Â
Video lengkapnya, ada tautan reels di bawah ini. Selamat mudik Kompasianer, salam sehat selalu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI