Saya, kalau mendengar kata "surga". Otomatis yang berkelebat di benak, adalah segala hal yang menawan berada di dalamnya. Kenikmatan di surga mencakup banyak aspek, dari yang tampak di mata, yang terdengar dan ditangkap gendang telinga, yang bisa disentuh dan dirasa oleh indera peraba, serta tidak ketinggalan yang mampu dicecap indera perasa.
Likupang adalah surga tersembunyi, dengan keindahan komplit yang dimiliki. Dan jika disangkut pautkan dengan indera perasa, maka tak lepas dari makanan atau kuliner. Saya yakin, teman Kompasianers bisa menebak arah tulisan saya.
Ya, soal panada akan menjadi bagian dari kisahkan di tulisan ini.
Sekilas Legenda LikupangÂ
Berdasarkan legenda Tumetenden bersumber para leluhur Tou Tonesa, etnik Minahasa Sulawesi Utara. Lukupang adalah tempat mandi bidadari dari surga yang turun ke bumi. Syahdan ada sembilan bidadari, turun ke telaga di Minahasa dan telaga dimiliki petani muda bernama  Mamaua.
Singkat kata Mamaua menahan satu bidadari -- Lumaladung-- dan menikahi, kemudian memiliki anak perempuan diberi nama Walangsewu. Suatu ketika sang suami membuat kesalahan, membuat sang bidadari musti kembali ke khayangan.
Bidadari berpesan, jika anaknya menangis bisa digendong dibawa melewati hutan, gunung dan sungai untuk menemui ibunya. Benar saja Mamaua menuruti pesan itu, namun perjalanan jauh itu membawanya ke bibir  pantai pasir putih dengan air membiru. Hingga datang satu ikan -- pongkor---menawarkan tumpangan, menuju istana bidadari.Â
Perjalanan panjang terbayar tunai, dan legenda ini sebagai penggambaran keindahan telaga, gunung, bukit, sungai, pantai, dan semua keindahan di Likupang.
**
Kompasianer pasti sepakat, bahwa DSP Likupang  adalah surga tersembunyi di bumi pertiwi. Daerah dengan potensi wisata luar biasa, niscaya membuat nama bangsa besar ini semakin diperhitungkan dan mendunia. Alasannya sangat jelas, Likupang memiliki daya magis luar biasa.