Seminggu yang lalu, untuk sebuah keperluan saya naik Kereta Commuter. Menginjakkan kaki di pintu utama Stasiun Pondok Ranji, saya disuguhkan pemandangan memesona mata.
Hanya beberapa langkah dari pintu masuk utama (Raya WR. Supratman), tersedia jalur khusus pejalan kaki. Jalur dengan paving block dan dipasang atap, sehingga tak perlu lari-lari saat hujan tiba-tiba datang. Halaman stasiun diaspal halus, kendaraan roda empat bisa diparkir dengan nyaman dan leluasa.
Tidak itu saja, fasilitas di dalam stasiun tak kalah keren. Saya merasakan kenyamanan, di samping tarif yang ramah di kantong alias ekonomis.Â
So, moda transportasi Kereta Commuter bisa menjadi andalan. Saya tidak lagi kecapekan naik motor, dan tak kawatir kepanasan atau kehujanan.
-----
Warga Ciputat dan sekitarnya, khususnya pengguna setia Kereta Commuter, mana suaranya? Saya yakin masih ingat, bagaimana wajah Stasiun Pondok Ranji sekira sepuluh tahun ke atas yang lalu.
Kemacetan adalah pemandangan sehari-hari, tepatnya di jalan raya depan pintu utama stasiun. Akibat banyak angkot ngetem, lebih-lebih bebarengan palang kereta sedang ditutup.Â
Angkot jurusan Kampung Utan, Pasar Ciputat, Pondok Aren, Pondok Betung, memenuhi bahu jalan menunggu calon penumpang.
Belum lagi kalau ada motor atau angkot mogok saat melintasi pelintasan. Selain macet bertambah parah, bunyi klakson membuat telinga dipenuhi polusi suara.Â
Saya pernah menghabiskan hampir lima belas menit hanya untuk menyebrangi jalan yang berhimpitan rel kereta. Â