Kabar berobat putri penyanyi Denada, rasanya bukan berita baru di jagad hiburan tanah air. Tahun 2019 Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana, di sela kunjungan kerja ke Singapore menyempatkan menjenguk Aisyah Arum. Saya ikut melihat suasana penuh bahagia itu, melalui video yang diposting beberapa akun berita terkemuka. Doa kesembuhan dilangitkan, dari orang nomor satu di Republik ini.
Belakangan di beranda medsos saya, muncul podcast Maia bersama pelantun lagu "Sambutlah". Menyimak obrolan dua pesohor, emosi saya seolah turut diaduk. Sebagai orangtua saya turut merasakan, betapa pilu membersamai buah hati sedang sakit.
Kalau bisa, orangtua manapun pasti bersedia menggantikan posisi. Rela menanggung rasa sakit, yang tengah dirasakan anak kesayangan.
Kejadian semisal bisa dialami siapapun, dari strata dan kasta berbeda. Kebetulan yang mengalami orang terkenal, sehingga (wajar) menjadi perhatian khalayak. Lepas dari itu saya semakin mengakui, bahwa ibu adalah sosok perkasa dalam kelembutannya.
Tak urung bola mata saya mbrebes mili, pada beberapa bagian kalimat menyentuh perasaan. Dan di benak terbersit tanya, Ketangguhan Denada akankah menjadi ketangguhan kita ?
***
Di saat rindu kembali datang
Perasaan resah pun semakin dalam
Menyelinap ke hati perlahan-lahan
Lalu hangat pelukmu terus terbayang-bayang
 Hanya namamu terucap gelisah
Semakin kupendam aku semakin gundah
Datanglah oh kasih tambatan hati
Genggamlah tangan ini
Jangan lepaskan lagiÂ
Reff ;
Sambutlah, sambut cintaku
Lepaskan resah jiwaku
Dekaplah, dekap rinduku
Tak ingin ku jauh darimu
(lirik lagu ; Sambutlah- Denada)
***
Kompasianer, yang membaca lirik otomatis bersenandung. Berarti kita seangkatan yes, dan sssst sudah tua---tos dulu, hehehe. Lagu yang diciptakan Johandi Yahya, pernah ngetop di tahun 1997. Seingat saya lagu ini dirilis, tak berselang lama setelah keikutsertaan Denada di ajang Asia Bagus.
Penyanyi seangkatan dari ajang sama, beberapa juga meluncurkan album -- misalnya AB Three dan Krisdayanti-. Â Kemudian lagu sambutlah dirilis ulang tahun 2019, masih dibawakan Denada hanya dengan aransemen berbeda.
Kalau di versi terdahulu, saya menduga dipersembahkan untuk kekasih (layaknya anak muda). Maka di versi baru, didedikasikan untuk kekasih sejati di hati (baca ; buah hati). Saya merasakan feel-nya berbeda, yang mungkin dipengaruhi perjalanan hidup telah dilalui. Â