Kemarin di IG aku lihat video artis yang sedang disidang soal narkoba, dia cerita awal keterpurukannya karena saat ayahnya meninggal dan dia curhat kesedihannya ke teman-temannya banyak yang bilang, intinya : elo tuh gak bersyukur, banyak orang diposisi elo.
Well, aku jadi relate banget sama hal itu, saat aku terpuruk.. dst,....dst..., .......dst.. Orang yang aku curhati bilang aku ga bersyukur. Selalu minta aku lihat pencapaian aku dan karir kepenulisan yang terus membaik.
Akhirnya aku ngga bisa menyelesaikan dukaku dengan semestinya. Sampai aku ketemu psikolog yang mengajarkanku untuk mengenal emosi dan mengeluarkan emosi dengan cara yang aman.
Setiap orang memiliki rasa kehilangan yang berbeda. Anak yang kehilangan ayahnya saat kecil, rasa kehilangannya akan beda dengan anak yang kehilangan ayahnya saat dia sudah tua.....dst....Â
 (bersambung)
----
2021 sudah di penghujung. Layaknya hari di akhir tahun, biasa dijadikan ajang introspeksi diri. Menengok waktu telah dilampaui, menelusuri setiap jengkal perasaan pernah dialami.
Saya meyakini, setiap orang telah melampaui banyak situasi di tahun pandemi ini. Duka berganti suka, tangis beririsan tawa, bahagia hadir menyusul kecewa, begitu seterusnya dan seterusnya. Demikian roda kehidupan berputar, hingga jatah usia di dunia ini tiba di garis batasnya.
Dua tahun belakangan, kita menghadapi wabah tak disangka datangnya. Waktu serasa penuh tantangan dan drama. Jatuh bangun, jatuh dan jatuh lagi saya mengalami. Tetapi di satu sisi, ada hikmah tak terperi didapati.
Rasa syukur menyeruak, hingga tullisan ini dibuat -- alhamdulillah-- masih survive. Hari ini dua kelopak mata masih terbuka, atas ijin-Nya bisa melihat cemerlang cahaya surya. Masih dianugerahi peluang mengukir harap, sehingga punya kemungkinan meraih masa depan yang jauh lebih baik.
Sebagai ayah sekaligus suami, rasanya tidak ada alasan untuk tidak bahagia. Masih membersamai istri dan anak-anak, mereka menjadi sebab hadirnya suka cita tak terukur. Â Tugas ayah berupaya maksimal, demi terbit senyum di wajah orang dicinta.
Meski jalan ditempuh tidaklah mudah, meski aral rintang di hadapan jelas terpampang. Itu semua (seharusnya sama sekali) tidak masalah, justru menjadikan ayah kuat dan tangguh.
Yang sudah menjadi ayah, berbahagialah. Kalian dipercaya mengemban fitrah, untuk dihebatkan kehidupan. Di pundak kalian diserahi amanah mulia, menafkahi, melindungi, memperjuangkan mereka yang kau selalu di hati.
Yuk, ayah, bergegas merebut kemuliaan itu. Jangan disia-sia, karena letak qowamah (kepemimpin) ada di medan juang itu. Semoga semua susah payah akan menjadi wasilah- Amin.