Menjalani bahtera rumah tangga, ibarat menelusuri lembah ngarai, melampaui segala cuaca kehidupan.
Sesaat tertawa berhimpit dengan saatnya menangis, pun bahagia sesungguhnya bersebelahan dengan nestapa.
Setiap orang di sebuah struktur rumah tangga, mengemban peran masing-masing. Memroses dan diproses melalui aneka kejadian dan keadaan, goal-nya adalah menjadi sebaik manusia.
Ayah tulang punggung, berkewajiban menjemput nafkah, ibu pengelola rumah tangga, anak-anak penyemangat yang meneruskan asa orangtua di kemudian hari.
Sebagai kepala keluarga lelaki mengemban tugas mulia, dengan pertaruhan dunia akhirat. Predikat yang tidak main-main, sebaiknya jangan dibuat main-main.
Ayah dengan tugas dan fungsinya, bukan berarti "menguasai" anak dan istri. Mereka berhak mendapat sikap terbaik, nyaman dengan keberadaan ayah mereka.
Miris jika terdengar kabar, kepala keluarga berperilaku berperangi kasar. Menggunakan kekuatan fisik, sikap, dan ucap, mempedayai istri dengan laku semena-mena.
Merasa berkuasa sebagai pengupaya datangnya rejeki, di satu sisi menyangka istri dan anak sebagai beban.
Sikap demikian tidak bijak ibarat menanam ranjau, kelak diri sendiri (cepat atau lambat) terkena letusan.
Ayah saat memasuki usia renta, tenaga dan daya menurun, kepada mereka (istri/ anak) dijadikan tumpuan. Mumpung badan segar bugar, para ayah jangan abai.