Mencermati keadaan sekarang ini, Â semestinya banyak hikmah bertaburan bisa dipetik. Entah hikmah dari pengalaman sendiri, maupun dari pengalaman saudara atau orang dikenal.
Beberapa kenalan yang (saya tahu) sangat taat prokes, nyatanya terpapar dengan gejala tertentu. Bahkan ada saudara jauh kedapatan OTG, memberi kabar sekaligus pesan agar kami semakin waspada.
Kabar duka berseliweran di timeline medsos, tak lagi memandang usia maupun strata.
Reaksi orang terdekat mula- mula tentu saja sangat kaget dan tidak terima, tetapi seiring berjalannya waktu -- dipaksa---akan menerima keadaan.
Saya pernah di posisi demikian, protes besar ketika ayah meninggal sekian tahun lalu. Ingin rasanya memutar ulang waktu, membayar kebersamaan yang terlewatkan bersama ayahanda.
Ditinggal pergi orang dikasihi memang menyedikan, hati seperti dirampas telak-telak. Tetapi  perlahan tapi pasti tertepiskan, seiring bertumbuhnya kesadaran baru.
Keterpurukan, tak ubahnya sebuah kekalahan.
Tetapi ketika manusia, bisa mengambil sikap tepat menghadapi keadaan. Yakinlah, perspektif baru bertumbuh di benak.
Selepas bisa berdamai dengan keadaan, kita akan lahir menjadi pribadi baru.
Kekalahan yang Memenangkan
Sejak menjadi Kompasianer, tak terhitung blog competition di Kompasiana sudah saya ikuti. Seolah tidak mau ketinggalan, saya juga ikut blogcomp yang diadakan instansi pemerintahan maupun perusahaan swasta.