Di usia pertengahan empat puluh tahun menuju setengah abad, jujur saya bingung kalau ditanya koleksi (barang) digemari. Sejak menapaki paruh baya, keinginan saya untuk membeli, menyimpan, mengumpulkan barang tak semenggebu dulu.
"Buat apa numpuk-numpuk barang" bisik benak ini.
Entahlah, setelah menjadi suami dan ayah, prioritas saya rupanya bergeser. Kalaupun sedang ada uang, lebihbaik buat beli keperluan anak istri (kecuali saya tajir melintir, mungkin beda sikap kali yak---hehehe)
Etapi, bukan berarti saya menentang hobi atau kegemaran orang mengoleksi ya. Masalah hobi sifatnya sangat personal, saya tidak bisa mencampuri  atau mengusik ranah tersebut.
Kalaupun sikap saya mungkin berbeda, Â mungkin bisa benar dan sangat mungkin bisa salah. Atau bisa jadi masa saya menyenangi barang, kemudian membeli lagi dan lagi, terus menyimpannya sebagai koleksi sudah lewat.
Saya sudah menghibahkan, sebagian besar barang-barang sempat saya sayangi. Â Dari pada numpuk dan menuhin ruangan, dari pada sekedar menjadi pajangan ujung-ujungnya berdebu.
Sekali lagi mohon maap ya Kompasianer, untuk sikap saya yang ndeso dan lugu ini---hehehe.Â
-----Â
Sebenarnya saya dulu pernah, punya hobi mengoleksi beberapa barang. Tapi berganti-ganti seiring bertambahnya usia, dan sekarang akhirnya saya kehilangan hobi mengoleksi barang.
Ketika masih usia sekira SMP SMA, saya suka membeli kaos oblong. Kalau dikasih uang dari orang tua atau saudara, saya simpan dan dikumpulkan untuk membeli kaos. Di lemari sampai menumpuk tinggi, aneka kaos dengan warna dan corak yang berbeda.Â
Saya masih ingat, kali pertama merantau dan sebagian besar kaos saya bawa. Saya sampai membutuhkan dua koper pakaian ukuran (lumayan) besar untuk menampungnya. Badan cukring saya kala itu, kewalahan mengangkat tas menuju kost-an.