Di waktu lain saya juga pernah berbincang, dengan anak muda yang telah melahirkan sebuah aplikasi. Hasil karyanya telah digunakan banyak orang, memberi kemanfaatan kepada orang membutuhkan. Dibalik aplikasi ini, proses dilewati cukup panjang dan melelahkan.
Dari kedua lelaki hebat saya menarik kesimpulan, bahwa keberhasilan akan berkawan dengan orang-orang tangguh. Bahwa untuk meraih prestasi gemilang, musti membangun dan memiliki mental juara.
Demikian pula untuk menjadi ayah hebat, prasyarat tentang daya juang hebat tak bisa dinihilkan. Menjadikan diri sebagai ayah hebat memang tidak mudah, tetapi juga bukan hal yang mustahil.
Kemuliaan di balik Tugas Ayah Menafkahi Keluarga
Kembali pada kajian bersama Ustad Budi, terdapat bagian yang sangat jleb dan mencerahkan saya. Perihal fungsi ayah menafkahi keluarga, sejatinya sebagai cara kehidupan agar si ayah bisa meraih dan mengenggam fitrahnya.
Bahwa peran ayah menafkahi istri dan anak-anak, sesungguhnya lebih dari sekedar untuk memenuhi kebutuhan saja. Karena kalau tujuannya hanya itu (memenuhi kebutuhan), maka sangat mungkin --suatu saat -- perempuan tidak memerlukan lelaki.
Soalnya ada perempuan yang berpenghasilan lebih besar, merasa lebih pintar mencari uang  dari lelakinya. Dalam keadaan pintar mencari uang, bisa membuat perempuan sangat mandiri dan tak butuh lelaki--- ini juga perlu hati-hati dan ada kajian tersendiri.
Fungsi ayah dalam menafkahi keluarganya, adalah dalam rangka menegakkan qowam (kepemimpinan) dalam rumah tangga. Lelaki yang bekerja keras untuk keluarga, niscaya akan tegak jiwa kepemimpinannya. Istri menghormatinya dan anak-anak demikian juga, karena fungsi tersebut dijalankan.

Tetapi yang jauh tertanam di dalam benak mereka, adalah performa kepala keluarga yang telah ikhlas memperjuangkan mereka. Jerih payah ayah yang tak kenal lelah ini, akan menumbuhkan benih kepemimpinan dan teladan yang luar biasa.
Niscaya istri dan anak-anak dibuat bangga, memiliki ayah yang demikian hebat. Ayah yang rela mempertaruhkan diri seutuhnya, berjuang menggapai fitrah demi menegakkan qowamah (jiwa kepemimpinan) di dalam dirinya.
Para ayah, di masa sulit seperti sekarang ini. Mari melihat dari sisi baiknya, betapa terbuka kesempatan emas menegakkan qowam. Yuk terus bergerak, jangan mudah menyerah dengan keadaan.
Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI