Pada beberapa kasus, saya pernah mendapati kondisi yang membuat miris. Â Ada seorang ayah tidak menjalankan fungsi keayahan. Ayah paruh baya tak produktif, menggantungkan hidup kepada istri. Kalau misalnya sedang sakit parah dan atau kondisi fisiknya kepayahan, oke saya paham dan maklum.
Tetapi yang saya lihat adalah "bocah tua" dengan badan perkasa, tetapi geming di rumah tidak meraih fitrah menjalankan syariat. Menghabiskan waktu dengan bertopang dagu, sementara istrinya banting tulang memeras keringat.
Parahnya si lelaki dulunya mengeyam pendidikan tinggi, dibelakang namanya menyandang gelar akademisi Perguruan Tinggi. Sejarah pendidikan masih tampak, terwakilkan melalui kepiawaian berkata-kata. Orang yang baru kenal dan mendengar kalimatnya, sangat mungkin dibuat terkecoh.
Sang istri dibuat tak berkutik soal omongan, seperti berdiri pada ambang garis batas kesabaran. Selanjutnya bersikap tak pernah menghiraukan keberadaan suaminya, daripada menambah beban pikiran.
Lelaki sehat berbadan tegap ibarat ayam sayur, ada dan tiadanya di rumah seperti tidak  ada pengaruh apapun. Lelaki telah menjatuhkan harga dirinya sendiri, seperti tak memiliki kebanggaan.
Sungguh saya dibuat sedih, mengingat saya mengenal keduanya dengan baik. Kami satu kampus, beberapa hari setelah jadian saya diberi kabar gembira dan keinginan menikah setalah lulus.
Saya bisa melihat dan merasakan, rona bahagia dan harapan-harapan besar di pasangan muda saat itu. Tentang rumah tangga ideal, yang mengantarkan mereka mendewasa dan menua bersama. Dan setelah lulus saya pindah ke Ibukota, sempat kehilangan kontak dan putus komunikasi.
-----
Belakangan saya dibuat ketagihan mengikuti kajian Ustad Budi Ashari lc, seorang Pakar Sejarah Islam dan penggiat gerakan keayahan. Banyak materi tentang keluarga dan parenting disampaikan, termasuk pentingnya ayah memegang tonggak kepemimpinan keluarga.
Konon di Quran, Alloh melebihkan kedudukan lelaki sebagai pemimpin wanita. Privillage ini tentu tidak didapat cuma-cuma, musti ada upaya keras untuk menggapainya. Persis seperti seorang dengan prestasi gemilang, pasti tidak didapatkan begitu saja dan tidak datang tiba-tiba.