Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Petugas KPPS adalah Kesempatan Guyub dengan Warga

10 Desember 2020   10:30 Diperbarui: 10 Desember 2020   10:34 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tinggal di kota penyangga Jakarta, kesibukan sebagian besar wargana mengacu pada kota Metropolitan. Semua kegiatan sehari-hari, biasanya terpusat di Jakarta. Di wikayah BoDetaBek, tersedia banyak kendaraan dan akses menuju kota pusat pemerintahan.  

Ada  tetangga beda gang dengan saya, berangkat ngantor barengan orang yang berangkat subuhan ke masjid. Kemudian kembali ke rumah, ketika langit berangsur legam. Sementara di akhir pekan, waktu digunakan untuk piknik atau kumpul dengan keluarga (family time).

Menjadi fenomena sangat lazim, dengan rumah sebelah jarang bersapa bahkan ada yang tidak kenal. Sementara mereka juga tampak enggan, datang atau bergabung ketika ada kegiatan kerjabakti atau kumpul warga.

Saya punya kenalan yang aktif di kegiatan lingkar pertemanan, tetapi dia mengaku asing dengan lingkungan sekitar rumah. Teman ini memiliki jaringan ke pejabat atau public figure, tetapi tidak tahu nama tetangga sebelah rumah. Ya, setiap orang punya pilihan masing-masing.

-----

Sabda baginda Nabi , empat macam perkara termasuk kebahagiaan di dunia, yaitu istri yang salihah (suami yang soleh juga), tempat tinggal yang lapang, tetangga yang baik,  kendaraan yang nyaman.

HR. Ibnu Hibban.

Saya sangat mengamini hadist ini, dan pengaminan tersebut memicu saya untuk mewujudkannya dalam keseharian. Khusus menyoal tetangga, saya merasa beruntung memiliki tetangga seperti yang saya miliki sekarang.

Kami saling menghargai satu sama lain, dan lumayan sering berbagi kalau ada makanan atau apapun. Entah siapa yang memulai saya tidak ingat, tetapi setiap mudik atau bepergian saya kepikiran membelikan oleh-oleh untuk tetangga.

Padahal kalau dilihat secara nominal, apa yang saling kami bagi tidak seberapa. Pernah anak tetangga tiba-tiba datang, mengantarkan pisang satu sisir. Kemudian di lain waktu, tetangga yang lain mengantar mie ayam (bisa dikira-kira harganya kan).

Pun dari keluarga kami, membalas semampunya tak memaksakan diri. Istri membuat rujak buah berlebih, dan tetangga dibagi masing masing satu kotak. Saat pulang kampung, dibelikan peralatan dapur yang dibuat pengrajin di desa saya.

Duh, yang saling kami bagi sebenarnya remeh temeh. Tetapi dampaknya tidak remeh, kami yang perantauan seperti punya keluarga baru. Kami tidak terlalu sungkan, saling menjaga perasaan masing-masing dan saling membantu.

dokpri
dokpri

Menjadi Petugas KPPS adalah Kesempatan Guyub dengan Warga

Pada gelaran Pilkada sehari yang lalu, saya ditunjuk Pak RT (tetangga saya persis seberang rumah) menjadi petugas KPPS. Ini adalah kali kedua di tugas yang sama, setelah Pilpres pada april tahun lalu.

Ajakan ini sebenarnya tidak tiba-tiba, karena saya kerap nongol kalau di lingkungan ada kerjabakti, halal bihalal, ada tetangga meninggal dan lain sebagainya. Saya selalu berusaha hadir, setiap tetangga punya keperluan yang melibatkan warga lain.

Kami bersembilan bertugas, dari sehari sebelum Pilkada dimulai. Malam hari memasang tenda, menyapu dan menggatur kursi dan meja. Sementara pagi hari di hari pelaksanaan, kami datang lebih awal mempersiapkan peralatan untuk coblosan. Menjelang sore melakukan penghitungan suara, kemudian membuat rekapitulasi dan laporan ke kelurahan.

dokpri
dokpri
Pendek kata dari jenis pekerjaan otot sampai otak, semua dikerjakan bersama-sama. Interaksi dan komunikasi terjalin sepanjang kegiatan, membuat kami saling kenal dan makin akrab.

Tidak hanya sesama petugas KPPS, dengan warga yang memberikan suara kami bisa saling bersapa. Saya lebih mengenal warga (bapak / ibu) yang sudah sepuh, warga berbeda gang yang jarang saya lewati. Pun dengan tetangga, yang sudah pindah tetapi KTPnya masih di domisili wilayah kami.

Perihal Pilkadanya sendiri, di Tangsel hanya ada satu surat suara untuk memilih Walikota dan Wakilnya. Maka waktu dibutuhkan tidak terlalu lama, proses penghitungan dan laporan lebih cepat. Sangat jauh berbeda, dibandingkan gelaran Pilpres setahun silam kami bekerja sampai subuh di hari berikutnya.

Ya, bagi saya, Pilkada bukan sekedar memberikan hak suara. Tetapi kesempatan mengenal dan guyub, dengan tetangga sekitar di lingkungan tempat tinggal.

Tetangga adalah orang yang tinggal berdekatan, paling mungkin untuk menolong kalau sewaktu-waktu ada urusan mendadak. Tidak salah apabila kita aktif di luar rumah, tetapi ada baiknya tetap kenal dan guyub dengan lingkungan sekitar rumah.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun