"Duda nggak apa-apa, yang penting tidak merebut suami orang"
Suatu hari, seorang teman minta dicarikan kenalan. Teman ini seorang perempuan jelang 40 tahunan, memiliki perawakan mungil dengan paras lumayan manis.
Sampai rumah, pesan serupa saya teruskan ke istri. Siapa tahu, dia bisa membantu mencarikan pria sedang mencari calon istri.
Tak berselang lama, akhirnya ada satu nama. Kakak dari wali murid, anaknya sekelas dengan si bungsu.
Duda dua anak usia 45 tahun, istrinya meninggal karena sakit. Si Bapak adalah pemilik bengkel motor, mempunyai beberapa pekerja. Â
"Hmmm, ntar gue pikir-pikir dulu ya"
Kalimat ini saya dengar, sesaat setelah menyampaikan amanah yang pernah diberikan. Saya melihat jelas, perubahan di garis wajah perempuan ini.
Air muka yang tadinya bersemangat berubah kurang antusias, hanya dalam hitungan menit. Mirip kerupuk yang mendadak lembek, karena terendam kuah sayur bening.
Indikasi kurang tertarik tampak, dengan orang yang saya rekomendasikan.
Mendapati reaksi tersebut, sempat terbersit rasa kecewa. Padahal saya tidak sembarangan, merekomendasikan seseorang. Sengaja melibatkan istri, untuk diminta sumbang saran.
Sejak jawaban "Hmmm, ntar gue pikir-pikir dulu ya" Satu dua minggu, sebulan dua bulan kemudian, tidak ada hasil yang dipikirkan