Selepas Ramadan, temen saya yang seorang guru berikisah tentang perasaan was-was. Menyoal keberlanjutan karirnya, sebagai pengajar di sebuah sekolah swasta di daerah Tangsel.
Sejak diberlakukan kegiatan belajar dari rumah, jumlah pendapatan bulanan di sekolah tersebut (untuk sementara) dikurangi sebagian.
Tak hanya gaji bulanan saja, THR yang diterima menjelang lebaran jumlahnya juga tidak utuh. Sehingga pada idul fitri tahun ini, tidak leluasa belanja seperti tahun sebelumnya.
Alasan dari pihak sekolah sangat masuk akal, mengingat SPP dibayarkan walimurid (beberapa bulan belakangan) tidak seratus persen seperti biasanya.
Kondisi sekarang memang dilematis, sebagai wali murid saya merasakan hal yang serba salah. Ketika anak-anak belajar di rumah, sementara uang sekolah masih tetap dibayarkan.
Proses belajar secara daring, pada satu pihak (menurut saya) kurang bisa optimal. Mengingat semua tetap ditimpakan pada orangtua, dituntut multi tasking.
Bagi orangtua yang anaknya mondok (seperti saya), kebingungan kalau anak belajar kitab kuning dan kesulitan pada bab tertentu.
Sesulit apapun mari kita hadapi bersama-sama, terus bergerak dan berusaha sembari melangitkan doa, Â wabah covid-19 ini segera lenyap dari muka bumi---Amin.
Bisa jadi, di bidang profesi lain (di luar guru) merasakan hal serupa. Mulai pekerja kantoran, pegawai di Mall yang sedang tutup, dan banyak pekerjaan terdampak pandemi ini.
-----
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!