Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Donasi untuk Pandemi di Mola TV Melalui "The Music of Silence"

20 Mei 2020   14:06 Diperbarui: 20 Mei 2020   14:49 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar, adegan The Music of Silence | Mola TV

Kompasianer, khususnya pecinta film, selamat berpuasa salam sehat selalu. Kalian yang mulai jenuh stay at home atau work from home, coba deh mampir ke Mola TV. Banyak film keren, dan tentunya sarat pesan dan inspirasi.

Pagi ini selepas sahur (dijeda sholat subuh pastinya), saya mantengin film "The Music of Silence" di Mola TV.

Sebagai film bergenre Music Biography, tentu telinga ini serasa dimanjakan dengan alunan musik orkestra dan suara tenor yang luar biasa. Kemudian (film) sebagai media penyampai pesan, saya seperti diajak menemukan sudut pandang baru tentang mimpi dan perjuangan menggapainya.

Bahwa untuk mendapatkan harapan kemudian menjelma legacy, seseorang perlu melewati proses mendaki, menukik dan bahkan jalan yang terlampau terjal.

Film The Music of Silence merangkum itu semua, menurut saya sangat bisa dijadikan cermin bagi siapapun di bidang apapun.

Film yang disutradarai Michael Radford ini, diadaptasi dari novel yang ditulis Andrea Bocelli pada tahun 1999. Diangkat dari kisah nyata sang penulis, dari semasa kecil hingga menapaki puncak karier. Sosok sang penulis, diwakili alter ego bernama Amos Bardi (diperankan Toby Sebastian).

O'ya, sebagai ayah saya juga mendapat hikmah baru tentang ilmu pengasuhan (atau parenting). Bahwa peran ayah itu sangat utama, dalam pendampingan perjalanan buah hati.

Duh bener deh, pagi ini saya merasa beruntung, mendadak menjadi paginya Mola TV Movies & Andrea Bocelli.

------

Tangkapan layar, adegan The Music of Silence | Mola TV
Tangkapan layar, adegan The Music of Silence | Mola TV

"Apakah kau siap menjadikan musik, satu satunya alasanmu untuk hidup?" tanya Sang Maestro

"Ya, tapi apa yang harus kulakukan?" jawaban yang bertanya diucapkan Bardi

"Hanya kalau kau siap, membuat pengorbanan besar"

".."

"Diam adalah disiplin yang paling penting dan sulit"imbuh Maestro

Pada beberapa adegan di film ini, saya mendapatkan suguhan dialog yang bernas. Satu diantaranya, adalah dialog sang maestro (diperankan Antonio Banderas) dan Amos Bardi di awal pertemuan.

Pada adegan ini, Bardi seperti dibukakan pintu dan diarahkan untuk melangkah menyambut matahari.

Kenyataannya, untuk mewujudkan hal tersebut (menjadikan musik sebagai alasan hidup), rintangan yang dihadapi sangat tidak mudah.

Banyak pengorbanan dilakukan, banyak gejolak batin musti disingkirkan. Harapan antara timbul tenggelam, tangis kecewa mewarnai perjalanan meniti anak tangga.

The Silence of Music dalam Sebuah Kisah

Di sebuah desa kecil bernama Tuscany di sudut Itali, lahir bayi laki-laki yang ditunggu-tunggu kehadirannya. Tak berapa lama, kebahagian pasangan muda terusik. Ketika dokter menyampaikan diagnosa, bahwa buah hati (diberi nama Amos Bardi) memiliki penyakit di indra penglihatan.

Kedua orangtua hebat itu, meski menanggung duka, tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang dengan penuh. Rela mengorbankan segala, untuk Amos Bardi yang disayangi.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Tapi siapa nyana, dibalik kekurangan itu alam memberi kelebihan. Seorang guru semasa Bardi kanak-kanak menemukan bakat olah vokal pada dirinya.

Bakat hanya (dianggap) sekedar bakat oleh Bardi, setelah besar dia justru mengambil sekolah hukum. Dan untuk meringankan beban orangtua, diambillah pekerjaan sebagai pemain piano sekaligus penyanyi di sebuah bar kecil.

Di Bar sederhana inilah, Bardi bertemu Elena (diperankan Nadir Caselli) yang kemudian menjadi pasangan sejoli di mabuk asmara. Mereka merencanakan menikah, setelah Bardi menemukan karir sebagai pengacara dan meninggalkan Bar tempatnya bekerja.

Sekian tahun menjadi penyanyi Bar, tiba-tiba karier Bardi terancam lenyap, karena pita suaranya mulai berubah. Dalam keterpurukan, seorang tukang steam piano membukakan jalan baru.

Bardi ditawari untuk diperkenalkan dengan Sang Maestro, yang kemudian meyakinkan Bardi bahwa dirinya bisa menjadi penyanyi opera yang hebat.

Pada awal pertemuan dengan sang maestro, saya sangat terkesan dengan suasana adegan dan dialog dua karakter yang terasa memiliki energi dan daya magis itu.

Saya cuplikkan dialog tersebut, pada bagian atas artikel ini.

Inti dari dialog tersebut, sungguh sangat bisa diterapkan di semua bidang pekerjaan. Jujur saya dibuat terkesima tak berkesudahan, sembari menancapkan ucapan sang maestro di benak. Terutama untuk bidang yang saya tekuni,yaitu menulis.

Perjalanan menggapai mimpi tidaklah mudah, tentunya dihadapakan pada sekian persyaratan dan keputusan berat. Bardi terpaksa melepas pekerjaan sebagai pemain piano dan penyanyi Bar, dan kemudian mengesampingkan cita-citanya menjadi pengacara.

Berlatih bersama Sang Maestro dengan tekun, membuat kualitas vocal Bardi semakin terasah. Hingga kemudian berkesempatan, suaranya direkam dan diapresiasi produser.

Apalah setelah rekaman, kemudian langkah Bardi mulus. Kemudian apakah kehidupan pribadi Bardi (termasuk rencana menikah), berjalan dengan lancar?

"Tidak semudah itu Kompasianer!"

Liku-liku dilalui, bahkan Bardi sempat berada pada titik terendah. Dia kehilangan pendapatan, kemudian menggantungkan hidup pada ayahnya.

Sementara rencana pernikahan sudah ada di depan mata, beriringan dengan proyek konser dijanjikan tak ketauan juntrungannya.

Pada adegan demi adegan kejatuhan Bardi, saya seperti disampaikan pada letupan emosi dan inspirasi. Bahwa orang yang ingin merangkak sampai puncak, musti siap digembleng baik lahir dan batin.

Dan si ayah (diperankan Jordi Molla), begitu tekun mendampingi anaknya. Bersedia mendatangi kantor produser musik, kemudian keduanya menelan kekecewaan. Sang produser yang ditunggu sekian lama (sampai ketiduran), ternyata tidak punya waktu (padahal sudah membuat janji).

Tangkapan layar, adegan The Music of Silence | Mola TV
Tangkapan layar, adegan The Music of Silence | Mola TV
Soundtrack disuguhkan di beberapa adegan, terasa menyatu dengan emosi Bardi pada scene sedang berlangsung. Seperti ketika lagu "La Traviata" dengan tempo agak cepat, sangat mewakili kekesalan Bardi.

Kemudian lagu "O Sole Mio" dibawakan Bardi kecil, sangat pas dengan karakter suara seorang bocah yang kemudian mengantarkan kemenangan di perlombaan menyanyi itu.

Dan kemudian lagu E Lucevan Le Stelle, seperti menularkan energi baru, dibawakan ketika Bardi berlatih dengan Sang Maestro.

Kalau saya pikir-pikir, peristiwa dalam keseharian kita, bisa diibaratkan sebuah orkestra yang bisa diwakilkan melalui liriknya.

Donasi untuk Pandemi di MolaTV Melalui "The Music of Silence"

Kompasianer, kalian yang nonton The Music of Silence di Mola TV, ternyata bisa sekalian berdonasi untuk mengatasi pandemi Covid-19 .

Caranya sangat mudah, kunjungi website Mola TV kemudian login. Kalau belum punya akun, silakan register dan tunggu sampai mendapat email kode verifikasi.

Setelah punya akun dan bisa login, ketik pada kolom pencarian "The Music of Silence". Klik Subscribe dan Watch, untuk dapat memutar film klik jumlah donasi yang Kompasianer pilih.

Pembayaran bisa dipilih melalui beberapa bank, dengan cara pembayaran melalui e-banking, m-banking, ATM. Nah saat pembayaran, silakan memasukkan kode virtual Mola TV yang dikirim melalui email.

Setelah pembayaran berhasil, barulah Kompasianer bisa nonton film "The Music of Silence". Jujur yang saya rasakan, nilai dan inspirasi yang ada dalam film ini tidak bisa dibandingkan dengan jumlah donasi (berapapun itu) yang kita bayarkan.

So, mau donasi sambil nonton "The Music of Silence" di Mola TV tempatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun