Tapi siapa nyana, dibalik kekurangan itu alam memberi kelebihan. Seorang guru semasa Bardi kanak-kanak menemukan bakat olah vokal pada dirinya.
Bakat hanya (dianggap) sekedar bakat oleh Bardi, setelah besar dia justru mengambil sekolah hukum. Dan untuk meringankan beban orangtua, diambillah pekerjaan sebagai pemain piano sekaligus penyanyi di sebuah bar kecil.
Di Bar sederhana inilah, Bardi bertemu Elena (diperankan Nadir Caselli) yang kemudian menjadi pasangan sejoli di mabuk asmara. Mereka merencanakan menikah, setelah Bardi menemukan karir sebagai pengacara dan meninggalkan Bar tempatnya bekerja.
Sekian tahun menjadi penyanyi Bar, tiba-tiba karier Bardi terancam lenyap, karena pita suaranya mulai berubah. Dalam keterpurukan, seorang tukang steam piano membukakan jalan baru.
Bardi ditawari untuk diperkenalkan dengan Sang Maestro, yang kemudian meyakinkan Bardi bahwa dirinya bisa menjadi penyanyi opera yang hebat.
Pada awal pertemuan dengan sang maestro, saya sangat terkesan dengan suasana adegan dan dialog dua karakter yang terasa memiliki energi dan daya magis itu.
Saya cuplikkan dialog tersebut, pada bagian atas artikel ini.
Inti dari dialog tersebut, sungguh sangat bisa diterapkan di semua bidang pekerjaan. Jujur saya dibuat terkesima tak berkesudahan, sembari menancapkan ucapan sang maestro di benak. Terutama untuk bidang yang saya tekuni,yaitu menulis.
Perjalanan menggapai mimpi tidaklah mudah, tentunya dihadapakan pada sekian persyaratan dan keputusan berat. Bardi terpaksa melepas pekerjaan sebagai pemain piano dan penyanyi Bar, dan kemudian mengesampingkan cita-citanya menjadi pengacara.
Berlatih bersama Sang Maestro dengan tekun, membuat kualitas vocal Bardi semakin terasah. Hingga kemudian berkesempatan, suaranya direkam dan diapresiasi produser.
Apalah setelah rekaman, kemudian langkah Bardi mulus. Kemudian apakah kehidupan pribadi Bardi (termasuk rencana menikah), berjalan dengan lancar?