Ketika mendekati umur tigapuluh, barulah pasangan jiwa dinanti akhirnya ketemu juga. Tanpa berlama-lama, saya memberanikan diri bertemu calon mertua.
Jalan itu dimudahkan, saya diterima dengan baik oleh keluarga calon istri. Dan dilancarkan sampai ijab kabul diucapkan.
******
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/05/img00776-5e89db79097f36366169d082.jpg?t=o&v=555)
Baru setelah ibu memasuki usia 70, saya selalu mengupayakan rutin pulang kampung meski tidak tepat pada hari H raya.
Seperti lebaran tahun lalu, saya dan keluarga mudik sepekan setelah sholat idul fitri ditunaikan. Jalanan sangat lengang dan lancar, harga tiket kereta berangsur normal.
Bahkan kami sempat mampir ke Surabaya, istri dan anak-anak ikut napak tilas ke tempat yang pernah disinggahi ayahnya.
Tidak Mudik, Siapa Takut !
Sejujurnya, sejak awal februari, saya sudah membeli tiket mudik lebaran tahun ini. Tiket pulang pergi sudah di kantong lengkap dengan nomor barcode. Siap dicetak, satu jam sebelum jadwal keberangkatan.
Rencana ini sudah saya sampaikan pada ibu, dan beliau sangat senang mendengarnya. Saya hapal kebiasaanya, yaitu menghitung hari secara mundur.
![ibu - dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/05/16807027-1339895446072745-1859810825209790366-n-5e89dbb1097f367a733bfb15.jpg?t=o&v=555)
Perempuan sepuh ini, selalu saja merindukan kedatangan cucu-cucu yang beranjak besar. Setiap kali video call, tak pernah lewat minta melihat dua cucunya.