Termasuk ketika mencari pekerjaan dan hendak menjumpa tambatan hati, makin tambah umur ujian-ujian itu rasanya makin berat dan tak ada habisnya.
Khusus masalah belahan jiwa, kala itu daun telinga saya dibuat tebal dan perasaan ini musti dibebalkan menerima dan menghadapi situasi di luar.
Oke, kalau cerewetnya ibu (yang menyuruh anaknya nikah) bisa saya hadapi dengan kepala tegak. Tetapi dengan sindiran dan atau nyinyiran orang sekitar, itu membuat muka ini pengin dilaminating kemudian dibungkus kertas.
Duh. Tak terhitung berapa jauh jalan ditempuh. Kemudian kenyataan saya dapati, adalah gagal dan gagal lagi, hingga nyaris saya dibuat putus asa.
Tetapi setelah kegagalan itu makin akrab, saya seperti merasakan ada satu tekad dan semangat baru bertumbuh, membisiki agar tidak gampang menyerah dan menghentikan langkah.
Apakah Semua Orang Memang Dikutuk ?
Dan ujian menjemput belahan jiwa, ternyata bukan masalah saya saja, sekian banyak teman mengalami hal serupa.
Ada teman atau kenalan yang sepantaran atau bahkan usianya di atas saya, sampai sekarang (entah sengaja atau terpaksa) masih betah melajang.
Saya sangat memaklumi cuitan mereka, dulu seusia mereka saya juga giat berusaha menjemput takdir jodohnya.
Di dunia nyata, beberapa anak seusia keponakan curhat masalah jodoh, isi masalahnya mirip mirip dengan yang pernah saya alami seumurannya.
Dan saya sangat meyakini, bahwa setiap orang menempuh garis kehidupan masing-masing. Tidak akan ada yang disia-siakan oleh kehidupan, karena di balik setiap rintangan terdapat jalan menuju pintu kebaikan.