Kalau dipikir-pikir, semua hal yang kita terima (sebenarnya) adalah hasil dari keputusan kita sendiri. Dampak yang sekarang kita nikmati, sejatinya buah dari penerapan gaya hidup selama ini. Ibarat sebuah sebab akibat, keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Dan dalam jangka panjang, kebiasaan yang diulang-ulang akan membentuk mindset. Namanya juga sudah menjadi adat kebiasaan, maka pada saat menjalankan sama sekali tidak ada beban atau perasaan terpaksa.
Kerap kali otak akan bekerja otomatis, ketika dihadapkan pada satu keadaan. Ibarat sekali dayung dua tiga pula terlampaui, maka perilaku atau kebiasaan hidup-pun juga berlaku demikian.Â
Ya, otak akan menuntut dirinya mengatur strategi, bagaimana agar kebiasaan itu tetap bisa dijalankan kapan pun dan di mana pun.
Yang suka membaca, kemana pergi tak ketinggalan dengan tentengan buku di tangannya. Saya punya teman kutu buku, ketika berkumpul teman ini tetap dengan adatnya.Â
Dari awal (sengaja) memilih duduk di pojok, tunduk menekuri halaman demi halaman buku. Ketika cahaya ruangan agak temaram, teman ini tak kehabisan akal segera dinyalakan layar handphone.
Ada teman lain yang gemar makan, tergambar dari bentuk badan yang gempal dan berisi. Kalau ada acara memilih kursi di dekat meja prasmanan, begitu tiba waktunya makan bisa mengambil barisan paling depan.
Begitu seterusnya dan seterusnya, alam bawah sadar kita bekerja sesuai dengan kebiasaan. Dan namanya sudah kebiasaan, keputusan yang diambil secara reflek dan bekerja otomatis.
----
"Udah makan ya makan saja, nggak usah kelamaan dipikir, kayak orang susah saja" celetuk seorang teman. Kalimat seperti ini, kerap menggoyahkan pertahanan. Kadang dari bercandaan seperti ini, membuat niat kuat itu runtuh seketika.
Jujur, saya juga bukan tipe orang yang bersetia dengan kebiasaan baik. Jatuh dan bangkit saya alami, demi menerapkan kebiasaan sehat agar tak mengulangi sakit pernah dialami. Sejauh ini saya tak lelah memaksakan diri, untuk olahraga serta memilih dan memilah asupan.