Rencana gagal total, langsung menyusun langkah berikutnya dan memutuskan bekerja sembari menunggu ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun berikutnya.Â
Surabaya akhirnya menjadi pilihan, kebetulan ada kakak nomor dua yang tinggal di kota pahlawan.
Strategi agar Tidak Canggung Saat Numpang di Rumah Saudara
Numpang di rumah saudara (meskipun kandung), apalagi rumahnya masih ngontrak dengan ruangannya terbatas, tentu bukan perkara mudah. bagaimanapun saya sadar diri, jangan sampai justru merepotkan orang yang ditumpangi.Â
Setiap hari saya berusaha menjaga sikap, ucapan, dan tindakan agar suasana tetap yang terbaik. Karena selain ada kakak kandung, ada juga kakak ipar dan ada keponakan yang masih kecil, yang tiap hari saya temui dan berinteraksi.
Tujuan ke Surabaya adalah bekerja, tetapi untuk mencari dan mengirimkan lamaran pekerjaan juga butuh waktu yang tidak sebentar. Maka untuk mengurai ketidakenakan, saya berinisiatif mengambil alih beberapa pekerjaan rumah tangga.
Mula-mula saya mengamati kebiasaan kakak ipar setelah bangun tidur, yaitu memasak air, mencuci beras kemudian dimasak, merendam cucian, menyapu dan sebagainya. Setelah itu belanja sayur, menyiapkan sarapan, membangunkan anak, memandikan begitu seterusnya.
Oke, ada beberapa pekerjaan yang bisa saya ambil alih. Keesokan hari saya bangun lebih awal, memasak air dan memasak nasi saya bisa, merendam dan mencuci baju saya bisa, menyapu dan mengepel saya juga terbiasa.
Tetapi kalau urusan belanja, kemudian memasak sayur, memasak lauk dengan campuran bumbu ini dan itu saya tidak bisa. Jenis pekerjaan itu saya hindari, diganti dengan momong anak menggendong, menyuapi dan mengajak main dan seterusnya.Â
Alhasil, pada bulan pertama semua bisa berjalan dengan baik, dan kakak ipar terbantu dengan kehadiran saya. Kakak dan adik ipar bisa ngobrol dengan cair, sehingga kecanggungan sedikit terurai.
Kebetulan kakak saya dan istrinya bekerja, ketika rumah kosong saya bisa mengawasi anak-anak, tak perlu dititipkan ke penitipan anak.Â