Tapi saya melihat sisi baiknya, dari cuitan di medsos, ternyata bisa jadi muasal ajang saling mencari, mengenal dan menjajaki calon pasangan yang dikira cocok. Mengingat beberapa twet yang saya baca, kadang menjadi thread panjang dan berbalas cuitan bernada keseriusan.
Banyak diantara kenalan, teman, sahabat, saudara, kerabat, atau diri kita sendiri, kurang mulus mendapatkan hati orang dipuja. Padahal, secara fisik enak dipandang mata. Punya perawakan keren, dengan tinggi dan berat badan proporsional, memiliki paras tampan atau cantik dan sebagainya.
Kesan baik itu penting, tetapi jauh lebih penting, menjaga agar tetap baik di kesan kedua ketiga dan selanjutnya. Meski ada juga kejadian, di awal pertemuan kurang respek dan setelah mengenal lebih dalam ternyata menjadi akrab dan ada kecocokan.
Sebenarnya, Jodohmu Itu Dekat
Banyak alasan, yang membuat kita tak kunjung bersua jodoh. Menyoal urusan takdir, menjadi hak prerogatif sang Khaliq dan tak bisa diganggu gugat. Tetapi kita manusia, diberi jalan usaha yaitu (salah satunya) introspeksi diri. Kadang tanpa sadar kita egois, merasa berada di posisi tertentu sehingga memasang kriteria tertentu pula. Masuk akal sih, dengan skill dan pengetahuan mumpuni, harusnya memiliki pasangan dengan kemampuan setara.
Sementara usia terus bertambah, kita berpacu dengan prioritas hidup yang ditetapkan. Memasang kriteria pasangan boleh saja, tetapi terlalu mematok kriteria (menurut saya) justru akan mempersulit diri sendiri.
Benar, bahwa jodoh sudah disediakan Tuhan,tetapi ada peran kita manusia mengupayakan penjemputan. Cara menjemput beraneka rupa, salah satunya dengan memperbaiki diri dan memerangi ego serta memberi ruang toleransi. Ada saatnya kita rela merendah diri, sebagai jalan membuka pintu kesadaran itu.
Karena setiap orang memiliki keunikan, maka alanglah baiknya kita belajar menerima orang dengan keunikannya. Dengan begitu, berpeluang menumbuhkan sikap empati dan ketertarikan. Selama keriteria mendasar terpenuhi, misalnya seiman, (kalau muslim) menegakkan sholat lima waktu, sopan, menurut saya sudah cukup. Selebihnya, mari sama-sama belajar dan berkembang untuk lebih baik.
Mari, terus belajar menurunkan ego (tidak keras kepala), bersedia menerima keadaan orang lain dengan keunikan (selama di batas toleransi). Karena kalau kita memiliki niat kuat dan keinginan tulus, semogalah tabir tentang pasangan jiwa segera tersingkapkan- Amin.