Kompasianers pasti sepakat, Â tidak ada orang di dunia ini yang pengin susah atau mau hidupnya miskin. Semua pasti ingin berkecukupan, sehingga rela bekerja keras, demi memenuhi kebutuhan (dan keinginan pastinya) hidup sehari-hari.Â
Perhatikan saja, ketika pagi hari mulai menjelang, di mana-mana orang bergegas keluar rumah menjemput nafkah penghidupan. Jalanan macet, transportasi publik sarat penumpang, orang lalu lalang mengejar jam masuk kerja, suasana hiruk pikuk dan kesibukan ada di mana-mana.
Semua orang berlomba memenuhi kebutuhan, berusaha keras agar bisa menjadi kaya. Dan untuk  menjadi kaya tidak mudah, semua orang gigih menempuh perjuangan untuk meraihnya.Â
Tidak cukup sekedar kerja keras, tetapi musti kerja cerdas, berlatih menerapkan strategi, sebanyak mungkin menjalin relasi dan komunikasi serta sejumlah persyaratan lainnya.
Predikat kaya, secara kasat mata bisa kita lihat dari sisi penampilan, misalnya memiliki mobil mewah, tinggal di rumah megah dan pembawaannya meyakinkan.Kalau pria secara fisik umumnya diwakili dengan rambut klimis, sepatu disemir mengkilat, baju dan celana dikenakan branded, rajin olahraga dan perawatan dan seterusnya.
Meskipun sebagian orang ada yang berpendapat beda, bahwa kekayaan sejajar capaian ilmu dan pemahaman seseorang terhadap jati diri. Semakin tinggi ilmu dimiliki, biasanya dibarengi sikap rendah hati dan atau justru enggan menampakkan harta dimiliki.
Semua pendapat syah-syah saja, tidak ada yang berhak menyalahkan. Karena setiap orang, berhak atas persepsinya sendiri-sendiri. Karena setiap pendapat, didasari latar belakang pergaulan, pengalaman serta lingkaran pertemanan berbeda-beda.
Ibn Nujaih berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Miskin, miskin, miskin, seorang laki-laki yang belum mempunyai isteri". Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, apakah sekalipun laki-laki itu banyak hartanya?" Rasulullah menjawab: "Ya, meskipun dia banyak hartanya". Rasulullah Saw bersabda kembali: "Miskin, miskin, miskin, perempuan yang belum bersuami". Para sahabat bertanya: "Apakah sekalipun wanita itu banyak hartanya?" Rasulullah Saw menjawab: "Ya, sekalipun dia banyak hartanya" (HR. Thabrani).
Saya ingat, dengan kerabat jauh yang tinggal di kampung halaman, di usia yang lebih dari cukup untuk menikah, dia memilih untuk membujang. Entah apa yang mendasari keputusannya, mungkin pernah patah hati atau apapun itu.