"assalamumualaikum maaf pak ganggu apa bener ini agung han yg ngirim di google yang judul ny buah hati baru masuk pesantren dan tips2 nya
saya mamu  minta saran nya pak saya udah mau 3 tahun mondok (masuk kls 3 smp) tpi masih kangen sama ibu"
Antara senang dan haru, menerima pesan inbox di fitur akun facebook saya. Yang membuat saya terharu, pengirim inbox adalah anak yang sedang berada pada kondisi seperti di artikel. Sebagai ayah , seketika saya menganggap anak ini tak ubahnya seperti anak saya sendiri.
Saking senangnya, selang beberapa waktu saya membuat status di akun medsos. Terbetik niat dari dalam hati, teman-teman blogger atau penulis lain terus berkaya, menuliskan hal-hal atau pengalaman yang disenangi dan dikuasai, sekiranya bisa bermanfaat untuk pembacanya.
Saya termasuk orang,  yang tidak terlalu pintar (atau tepatnya tidak mau) mengekspresikan rasa gembira di ranah medsos. Misalnya, kalau (sesekali berkesempatan) menang lomba menulis, saya terbilang jarang mempublishnya, pasti saya berucap syukur  tetapi tidak di medsos.
Tetapi untuk pesan sederhana di inbox ini, entahlah saya enggan menyembunyikan rasa girang. Karena saya yakin, banyak pengalaman dari teman-teman di medsos, kalau dituliskan ternyata sangat bisa menginspirasi pembacanya. Bisa jadi terkadang, pengalaman yang (menurut kita) terkesan remeh temeh sekalipun, ternyata justru sangat dibutuhkan orang lain dan bermanfaat.
![tangakapan layar-dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/07/20/img-20190719-201258-5d3310cc0d823016106f4162.jpg?t=o&v=770)
Juli 2018, -- Sampai sekarang dan atau sampai kapanpun, saya tidak bakal bisa melupakan, bagaimana kecamuk saat melepas anak menuntut ilmu di Pondok Pesantren. Seperti dilema antara tega dan tidak tega, tapi musti ditega-tegain, karena ada tujuan besar hendak dicapai.
Maka untuk melampiaskan perasaan galau kala itu, setahun silam (di bulan Juli juga) saya menuliskan dan publish di Kompasiana ( baca ;  Buah Hati Masuk Pesantren, Ini Tips Atasi Rasa Kangen pada Anak ). Admin mengganjar HL untuk artikel tersebut, bisa jadi karena moment-nya pas dengan tahun ajaran baru.
Hari terus berjalan, pengalaman baru susul menyusul dan ganti mengganti, saya tak henti menuliskan pengalaman lain, terkait tantangan dihadapi anak saat berada di Pondok.Â