Manusia itu punya sifat yang unik, diberi dua kemungkinan bisa berlaku benar dan atau salah, mungkin oleh sebab itu Alloh SWT menjadikannya sebagai makhluk mulia. Keunikan itulah, kadang menjadikan manusia keukeuh mempertahakan pendapatnya, bahkan terkesan mentolerir diri sendiri meski yang dilakukan salah.
Dalam hidup ini sudah jelas berlaku hukum karma, bahwa semua yang manusia lakukan (benar atau salah) akibatnya balik pada diri sendiri. Contoh paling sederhana adalah soal makanan, bahwa apapun (makanan) yang kita konsumsi maka dampaknya dirasakan oleh tubuh kita sendiri.
Kita semua pasti sudah tahu dan paham, asupan yang mengandung gllukosa berlebih itu tidak baik, tapi nyatanya banyak orang kita lihat obesitas. Kita sadar dan paham benar, obesitas berpotensi mengundang aneka penyakit mampir ke tubuh, berpotensi terjadi komplikasi dan itu pasti sangat tidak mengenakkan---tapi buktinya, ada saja yang tidak segera berubah, yekan.
Bulan puasa, kesempatan yang sangat baik untuk meluruskan niat, kalau selama ini yang kita kerjakan sudah melenceng, yuk segera diluruskan. Mumpung masih diberi waktu, untuk membenahi diri menjadi lebih baik.
-------
Ngabuburit, juga saya jadikan (salah satu) cara yang cukup efektif, untuk menguji ketangguhan niat saya dalam hal konsumsi makanan.
Siapa tidak kalap, melihat aneka makanan tumpah ruah di hadapan, tampil dengan warna-warni dan tampilan menyilaukan mata, hidung dan lidah.
Melihat merahnya syrup bercampur warna-warni potongan buah, dibungkus plastik bening ditata rapi di otak kaca.
Siapa tidak tergiur, melihat tumpukan gorengan yang menggunung menebarkan aroma harum, dengan tampilan tepung bertekstur chrispy. Siapa tidak mupeng, melihat bubur sumsum, kolak pisang dan isi salak, candil, lupis dan sejenisnya dengan lelehan gula cokelat, kue putu, dan lain sebagainya.
Tapi perlu diingat, mengonsumsi makanan dengan jumlah kalori tinggi dan glukosa berlebih, tentunya tidak baik untuk tubuh, tapi anehnya tetap saja kita konsumsi- hehehehe. Saya benar-benar berusaha menahan diri, saya tidak mau kalap karena saya sedang belajar untuk meluruskan niat, yaitu ingin puasa sebagai cara untuk menjadikan diri lebih baik.