Satu suara saja selisih, kami musti menghitung ulang, untungnya di TPS kami hanya satu dua kali saja terjadi dan segera diketahui letak kesalahan. Menurut warga yang datang melihat penghitungan, TPS tidak jauh dari tempat kami ada yang jam sembilan malam baru satu dari lima kotak surat suara selesai dihitung.
Satu bagian membutuhkan konsentrasi super tinggi, adalah membuka stiker segel Pemilu yang tipis dan gampang sobek. Stiker tanda segel, kemudian ditempel di bagian untuk membuka amplop, memastikan tidak sembarang orang boleh membukanya.
"CEKREEK," batin ini melonjak saat melihat gembok dipasang di kotak suara terakhir, artinya semua berkas sudah sesuai dengan catatan dan siap diantar ke kelurahan.
"Huuuuh," kami petugas KPPS, saksi partai dan petugas Bawaslu bersamaan menghembuskan nafas panjang tanda lega. Setelah kami semua bersalaman, saksi partai pamit, Ketua KPPS mengajak satu di antara kami ke kelurahan dengan kawalan petugas Bawaslu.
"Lumayan bisa istirahat lebih cepat," bisik benak ini setalah tahu ternyata bukan saya yang diajak menyerahkan kotak surat suara.
------
Rasa capek yang saya dan petugas KPPS lainnya rasakan sebagai persembahan dan bukti kecintaan kami untuk bangsa tercinta ini. Bahwa masa depan bangsa ini lebih utama, sebagai rakyat biasa saya sangat tersanjung bisa berkontribusi meskipun hanya secuil yang bisa dilakukan.
Kalaupun pemilu berikutnya, saya masih ada umur dan diberi kesempatan lagi, tentu tidak akan saya sia-siakan.
Sungguh, saya bangga menjadi petugas KPPS.