Di desa saya (mungkin desa Kompasianer juga), seolah ada kesepakatan dari masyarakat, tentang patokan usia pernikahan. Kalau laki-laki direntang (sekitar) umur 25 - 30 tahun, sementara untuk perempuan berada direntang (sekitar) umur 23 - 27 tahun.
Entahlah apa pertimbangan digunakan, sampai terjadi kesepakatan tidak tertulis dan dianut masyarakat. Sehingga kalau ada yang menikah di luar rentang usia tersebut dianggap tidak biasa, nikah terlalu muda dicurigai hamil duluan, kawin telat dicap tidak laku---susah ya hehehe.
Menurut analisa saya nih, mungkin dilihat dari pertimbangan fisik dan mental, usia jelang tiga dasawarsa dinilai sudah cukup dewasa dan bertanggung jawab. Lelaki dan atau perempuan di usia tersebut, dianggap sanggup bekerja sama dalam sebuah tali ikatan bernama pernikahan.
Secara logika, usia di atas dua puluh tahun, darah muda dan segar masih mengaliri otot dan menyebar ke seluruh tubuh. Ketika pasangan ini mempunyai keturunan, tenaga perkasa semangat mengganda, sehingga siap memikul beban tanggung jawab.
Tetapi hidup kan tidak selalu berjalan ideal, ada kondisi yang kadang diluar pengharapan, sehingga membutuhkan kesabaran. Kalau mengikuti omongan atau penilaian orang lain, yang ada kita sendiri yang repot dan tidak bebas menentukan sikap.
Urusan menikah, sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi, entah internal maupun eksternal, tapi menurut saya sulit untuk dijabarkan. Saya sendiri dulu menikah pengin sebelum umur 25, meski ibu saya paling getol mendesak terus, tetapi kenyataan bicara lain.Â
Kadang susah menjelaskan, mengapa sampai usia tertentu, seseorang belum bersua dengan jodoh. Keadaan semakin bertambah susah, memanggul stigma dari orang sekeliling diri.
Namun dari pengalaman pribadi nih, sebaiknya jangan terlalu khawatir perihal jodoh, selama kita mengisi penantian dengan aktif berikhtiar agar segera dipertemukan jodoh.
Munajat doa dalam sholat sangat penting, tetapi musti diimbangi dengan usaha, seperti membuka kesempatan bertemu dengan orang baru, mencari kenalan dan seterusnya.
Manusia memiliki kemampuan dan waktu yang terbatas, sehingga musti bersandar serta tawakal kepada Maha Kekuatan yang Tiada terbatas.
-0o0-