Memasuki bulan ketiga pernikahan, seperti ada yang berubah pada istri, makanan yang masuk ke mulut dimuntahkan dan perut merasa mual. Setelah membeli alat tes kehamilan, terdapat dua garis di alat yang membuat mata ini berbinar. Setelah diperiksa dokter, ternyata istri sudah hamil empat minggu.
'Alhamdulillah' ucap kami serempak. Apa yang diharapkan pasangan baru menikah, kecuali kehadiran sang buah hati yang akan menjadi penguat ikatan pernikahan.
Di tengah suka cita, saya teringat pada kawan karib pemberi tantangan. Saya pengin berbagi kabar bahagia, sekaligus bertanya balik perihal tantangannya. "Bro, apa kabar" pesan terkirim.
Setelah berbalas jawab dan berbasa-basi, barulah saya sampaikan kabar tentang kehamilan istri, sementara teman karib, membalas datar justru cerita lain yang tidak nyambung. Saya sangat bisa membaca situasi, percakapan via japri terasa hambar dan saya langsung berbelok topik pembicaraan.
Tetapi  antar istri (istri saya dan istri sahabat) lebih kerap berkomunikasi, sesekali janji ketemuan baik di rumah atau di luar rumah.
Sementara kehadiran ibu petugas loket, sangat membantu istri menghadapi hamil muda dan menjadi teman mengusir sepi -- ketika saya pergi ke kantor. Pun sampai kelahiran sulung kami, ibu baik hati kerap mengajak bermain, tak segan membelikan mainan pada saat ulang tahun anak kami.
Pada usia ketiga anak lanang, alhamduliilah kami bisa pindah rumah yang kami beli setelah bersusah payah menabung.
-00o00-
"Ayah, ingat ibu penjaga loket?" ujar istri
Meski sudah tiga tahun pindah (anak sudah kelas 1), tentu kami tidak lupa dengan orang yang pernah hadir di kehidupan.
"iya ingat, memang kenapa?"