Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tantangan Tinggal di Rumah Kontrakan

15 Januari 2019   05:15 Diperbarui: 15 Januari 2019   17:18 1254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persoalan rumah atau tempat tinggal setelah menikah, adalah masalah paling jamak dihadapi oleh penganten baru. Bagi yang sudah punya atau membeli rumah sendiri, silakan abaikan karena terbebaskan dengan masalah tempat tinggal.

Mungkin ada juga yang memilih tinggal (sementara) di rumah orang tua/mertua, menemani ayah dan ibu sembari menabung untuk membeli rumah sendiri. Sementara suami istri yang keduanya perantauan, kecil kemunginan bisa tinggal di rumah orang tua, kecuali berniat pulang kampung.

Keluarga baru kebanyakan (termasuk saya), dituntut memutar otak untuk  memulai menata rumah tangga dari nol , salah satunya dengan mengontrak. Tinggal di tempat dan lingkungan baru, bertemu berinteraksi dengan orang-orang baru, pasti akan membawa konsekwensi baru,

Menjadi pendatang baru, musti pintar membawa diri, agar orang sekitar (penghuni lama kontrakan) menerima kehadiran kita dengan baik. Tidak ada salahnya, berinisiatif memperkenalkan diri lebih dulu, dengan tidak enggan menyapa dan tersenyum ramah.

Proses dijalani di awal kehidupan pernikahan, akan menjadi batu ujian pertama yang menguatkan mental pasangan baru. Secara alami, suami istri akan saling support dan membahu, mengatasi ketidakenakan demi ketidakenakan bersama, demi keteguhan rumah tangga tengah dibangun.

Menyoal tinggal di rumah kontrakan, pasti ada suka dan duka menyertai, namanya bertetangga pasti ada kerikil dan salah paham. Lika-liku tinggal di rumah kontrakan, kadang terasa lucu dan menggelikan, kadang membuat kesal dan memancing emosi, semua perasaan campur aduk.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Namun apapun situasinya, kalau sudah lama berlalu, biasanya menerbitkan senyum apabila suatu saat mengisahkan ulang. Kelak setelah bisa membeli rumah sendiri, biasanya (sesekali) datang  rasa kangen dengan suasana rumah kontrakan lama.

Rumah kontrakan sendiri terdapat beberapa tipe, ada yang satu rumah berdiri sendiri, biasanya rumah tinggal yang dikosongkan pemiliknya. Ada juga rumah petak, terdiri dari beberapa rumah berhimpitan dengan ukuran standart, biasanya memanjang. Dan apa saja tantangan tinggal di kontrakan?

Menghadapi Pemilik Kontrakan
Pengontrak, biasanya jarang bertemu dengan empunya rumah. Hanya sebulan sekali, atau menjelang jatuh tempo membayar uang sewa (itupun kalau tidak diwakilkan orang lain). Selama pengontrak tidak bermasalah dengan perilaku dan (apalagi) pembayaran, biasanya hubungan dengan tuan rumah relatif baik-baik saja.

Sangat penting menjaga sikap dengan tuan rumah, hal ini berpengaruh pada kelanjutan penghuni masih bisa tinggal atau terpaksa hengkang. Meskipun kita tidak pernah nunggak membayar, kalau sikap kita dianggap meresahkan, bukan tidak mungkin diusir pemilik rumah kontarakn.

Menjaga Sikap ke Sesama Penghuni Kontrakan
Penghuni kontrakan (rumah petak), berasal dari latar belakang adat kebiasaan yang berbeda, otomatis memiliki karakter aneka rupa. Ada yang mudah tersulut amarah, ada yang tidak peka dengan situasi atau keadaan sekitar, ada yang terlalu perasa mudah tersinggung dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun