Setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing, entah sedang menanjak atau menurun, semua adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan. Seperti perumpamaan roda berputar, maka kehidupan juga berlaku demikian. Kadang roda ada di atas kadang di bawah, dan semua yang terjadi adalah wajar adanya.
Tidak ada seorangpun bisa menjamin dirinya terus berjaya. Demikian pula tidak ada yang bisa menebak, orang yang sekarang lemah kelak bangkit dan berhasil.
Demikian pula dengan saudara sekandung, meskipun adik kakak yang semasa kecil diperlakukan sama oleh kedua orang tua. Pada masa dewasa setelah masing-masing berumah tangga, maka jalan kehidupan ditempuh akan sangat berbeda.
Sang kakak tidak lagi bisa memaksakan kehendak bahwa adiknya musti mengikuti kemauan dan nasihatnya sebagai saudara tua. Sang adik dengan keluarga barunya (buah hati dan pasangan jiwa) akan menentukan jalan hidup tanpa campur tangan kakak yang semasa kecil dituruti.
Dalam perjalanan hidup bisa saja terjadi, (misalnya) secara karier dan ekonomi keluarga si adik lebih berhasil dari kakak (atau bisa berlaku sebaliknya). Dan keberhasilan otomatis berdampak pada kepemilikan yang apabila (siapa saja) salah dalam menyikapi akan memberi dampak tertentu. Â
Kesenjangan pada beberapa aspek (antara saudara), kalau tidak dibarengi pengelolaan sikap dengan tepat akan melahirkan benih perpecahan. Dan kalau sikap egois selalu dikedepankan bukan tidak mungkin hubungan persaudaraan menjadi retak dan memendam amarah.
Beberapa sikap ini bisa dihindari, demi eratnya hubungan persaudaraan
Jangan Menonjolkan Diri Sendiri
Tidak bisa dipungkiri namanya manusia (baik sadar atau tidak) kadang kita tidak mau kalah dalam segala hal yang ditampakkan melalui omongan.
Satu saudara (misal) bercerita hendak membeli kendaraan, ditimpali saudara lain yang tidak mau kalah melakukan hal yang lebih.