Setiap berada di kawasan Cagar Budaya, saya seperti diajak memasuki lorong waktu. Mengayun langkah ke belakang, menyusuri celah relung masa lampau yang telah tertinggal, menyerap nilai-nilai budaya dan kemanusian pada tempo dulu.
Banyak hal saya petik sekaligus menjadi suri tauladan, atas perilaku dan budi pekerti manusia pada setiap jaman. Seperti kisah seorang Sultan dari Keraton Kaibon di kawasan Banten lama, ternyata seorang yang sangat berbakti pada ibunya.Â
Sebuah istana megah nan luas -masih ada reruntuhan bangunan- menjadi saksi, tentang sembah bakti anak pada sang ibunda. Saya bisa merasakan denyut bakti itu, menilik bangunan gerbang memanjang dengan konsep terbuka gerbang luar dan tertutup semakin ke dalam. Kemudian ketebalan tembok dibangun sekitar satu sampai dua meter, sehingga istana kokoh tidak mudah runtuh.
Bakti itu semakin nyata, ketika mendengar penjelasan -kemudian membuktikan petilasannya- terdapat satu ruang kamar ibunda yang didesign khusus dengan kolam di bawahnya. Konon udara di kawasan Banten yang cukup terik, bisa diredam panas itu dengan dinginnya air kolam yang dibangun di dalam kamar spesial tersebut.
Bukti bakti yang tidak bisa disangkal, ketika mendengar, melihat, merasakan, bersentuhan dengan puing tembok -seolah bisa bicara-, sebagian masih berdiri dengan kokohnya.
Tidak hanya kekayaan budaya benda, kekayaan budaya tak benda di Banten juga dimiliki. Seperti adat dan tradisi kuat suku Badui, sehingga memperkuat ikon Provinsi Banten sebagai tujuan wisata sejarah dan budaya.
***
Bangsa kita Indonesia, memiliki kekayaan berupa cagar budaya beraneka ragam yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.Sudah semestinya menjadi tugas kita, melestarikan aset bangsa, sesuai amanat Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Saya beruntung, berkesempatan bergabung dalam program "Pesona Cagar Budaya Indonesia - Jelajah Kawasan Cagar Budaya Banten Lama," yang diadakan pada 12 -- 14 Oktober 2018.Â
Acara keren ini digagas, oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman - Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia. Melibatkan artis Ramon Y. Tungka dan Komunitas Blogger (sebagai penggiat media sosial)