Setiap datang bulan Ramadan, saya kerap menandai perubahan terjadi nyaris di semua Supermarket, minimarket dan atau pusat perbelanjaan lain. Adalah tumpukan kue kaleng dan syrup menggunung, cukup menyita perhatian pengunjung. Bagaimana tidak menyita perhatian, kalau tumpukan ini diletakkan tak jauh dari pintu masuk. Tidak jarang ruang jalan bagi pembeli agak tergusur, demi mengedapankan barang dagangan khas ini.
 Pun ketika sudah diujung Ramadan jelang Hari Raya, tumpukan aneka syrup dan biscuit semakin meninggi saja. Bahkan ada yang sudah dijadikan paket berbentuk parcel, menanti pembeli datang mengambil dan membawa pulang.
Suasana semakin syahdu, ketika di pusat perbelanjaan memperdengarkan lagu-lagu islami. Rasanya klop dan begitu menyatu, antara barang-barang dan musik yang mengiringi.
Ternyata hal yang sama terjadi tidak hanya di kota besar, bulek dan kakak saya yang punya toko di kampung melakukan hal serupa. Pada jelang lebaran, juga menjajakan aneka kue dibungkus sendiri atau sudah dikaleng dan syrup di tempat mereka jualan.
Meski jenis kue dan syrup, tidak sebanyak yang ada di kota besar. Â Dagangan -- kue dan syrup---dijajakan di toko kampung ini, sampai memasang meja tersendiri di teras toko. Sewaktu saya masih kecil, punya tugas membantu membungkus dan mengangkat dagangan dadakan ini.
Di kampung saya ada istilah prepegan, adalah situasi pasar yang sedang ramai-ramainya pembeli, berbelanja kebutuhan menjelang lebaran. Warung yang ada di pasar kecil itu, biasanya menyetok dagangan dua kali lipat dari biasanya.
-00o00-
Terhitung dua Ramadan ini, saya sedang berlatih untuk tegas pada diri sendiri. Mengurangi sejumlah asupan ke dalam tubuh, terutama asupan yang manis dan atau diolah menggunakan minyak. Saya tidak terlalu hirau, dengan warna warni syrup dan aneka kue kaleng menggoda keinginan. Buah dan sayuran menjadi sahabat saya dua tahun belakangan, demi menjaga kesehatan.
Keputusan saya bukan tanpa sebab, gara-gara badan pernah sakit dan kesulitan bangkit dari tempat tidur -- akibat obesitas--. Siapa duga, sakit yang sangat kala itu, menjadi titik balik dalam diri ini. Menjadi bagian hidup cukup penting, sampai akhirnya memutuskan untuk berubah.
Setelah berusaha keras mengerem aneka makanan, sekaligus berperang melawan keinginan sendiri. Kini bobot tubuh berangsur ideal, jauh berkurang daripada sebelum sakit. Meskipun banyak godaan untuk hidup sehat, setidaknya saya bisa bertahan sampai sejauh ini.