Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Serunya Berjualan di Pasar Dadakan di Bulan Ramadan

27 Mei 2018   08:01 Diperbarui: 27 Mei 2018   10:09 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moment ditunggu di bulan suci Ramadan, salah satunya adalah ngabuburit. Kegiatan sore hari, setelah puasa menahan lapar dan haus seharian. Saya yakin, siapapun yang berpuasa tak ingin melewatkan saat ngabuburit. Ngabuburit berasal dari bahasa Sunda, burit artinya sore sedang suku kata 'nge' (kemudian diucapkan menjadi nga) dimaksudlan sebagai kegiatan yang berulang.

Berkeliling di tempat ngabuburit, seolah mengembalikan energi badan yang sudah lemas.  Melihat lalu lalang manusia dan kendaraan, menikmati pemandangan tumpah ruah hidangan pembatal puasa, menjadi keasyikan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Ngabuburit ibarat detik detik mendebarkan, hanya dalam hitungan menit -- bagi yang puasa---akan berakhir lapar dan haus di hari bersangkutan. Ibarat seorang pengelana berjalan di padang tandus, tampak oase siap menyambut di ujung jalan. Segenap lelah ditanggung badan, niscaya sirna setelah mendapatkan aliran darah segar dari makanan dan atau minuman.

Lokasi Ngabuburit, menjadi magnet bagi orang di sekitarnya. Berkumpul dan saling bertemu, berinteraksi membawa impact transaksi. Biasanya dipilih tempat yang strategis, di lapangan, taman atau pintu masuk perumahan tempat lalu lintas umum.

Sungguh menyenangkan berada di tengah keramaian ngabuburit, membuat waktu berjalan terasa begitu cepat. Tahu-tahu bedug maghrib terdengar berkumandang, penanda waktu berbuka puasa telah tiba.

Keuntungan Berjualan di Pasar Dadakan Ngabuburit

Sewaktu istri masih jualan makanan beku---dua tahun lalu sudah tidak jualan--, kami sempat ikut membuka lapak di arena ngabuburit. Persis di trotoar depan taman masjid, tak jauh dari pintu masuk perumahan. Mungkin karena kami warga perumahan, --saat itu -- tidak ada tarikan iuran keamanan atau sewa lahan jualan.

Dagangan yang dibawa lumayan berat, sosis dan nugget kami jajakan dengan  box dan termos. Agar  lebih praktis (untuk membuka dan menuntup lapak), kami memfungsikan bagasi belakang mobil untuk lapak. Sehingga tidak perlu repot mendirikan tenda, angkat-angkat barang dagangan dan berkemas-kemas.

buka lapak di arena ngabuburit -dokpri
buka lapak di arena ngabuburit -dokpri
Tinggal merapatkan mobil di trotoar, kemudian mengeluarkan meja dan menata box atau termos dagangan di atasnya. Pada badan mobil dipasang spanduk, kami menunggu pembeli dengan duduk di dalam bagasi.

Dagangan kami bukan makanan siap santap, melainkan bahan makan yang musti diolah, dari sisi harga juga sedikit lebih mahal. Jadi dalam sekali jualan, tidak berharap dagangan habis terjual -- seperti penjual takjil. Namanya juga usaha, dengan ikut berjualan di pasar dadakan ngabuburit --setidaknya---menambah pemasukan. Tapi bukan sekedar masalah laku atau tidaknya dagangan, banyak benefit didapatkan dari jualan di arena ngabuburit.

Mengakrabkan Tetangga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun