Saya yakin Kompasianer pasti sudah tahu Novel trilogi 'Negeri 5 Menara, kan? Ternyata dari trilogi novel itu telah menjadi titik balik yang bisa mengubah jalan hidup si penulisnya.
Nama Ahmad Fuady masuk jajaran penulis ternama, seolah bisa menjadi jaminan sebuah novel laris. Kompasiana menggelar Blogshop bersama Fuady, di studio room lantai 6 atau kantor Kompasiana. Acara digelar tepat waktu pada jam 15.00, sampai Fuady kaget alias tidak mengira tidak seperti lazimnya acara yang kerap molor.
"Banyak percepatan terjadi dalam hidup saya, rata-rata terjadi melalui tulisan, tulisan bisa memperkuat portfolio profesional sehingga bisa diundang kesana kesini," Fuady membuka acara menjelang sore.
Menurut Fuady, dari menulis mengantarkannya mendapati keajaiban. Salah satu contoh kini tengah dialami, yaitu bisa diundang berbicara di berbagai forum dan berkesempatan mendapat beasiswa ke berbagai negara. Fungsi menulis bagi ayah satu anak ini adalah menginspirasi, kalau tulisan sekedar data lazimnya masuk ke tataran kognitif. Tapi kalau sebuah tulisan sudah meresap ke jiwa, biasanya akan menyentuh inspirasi.
Bagaimana agar tulisan menginspirasi?
Kembangkan efek menulis agar sampai ke level psikologis, ramulah tulisan dengan bumbu logika dan rasa.
Kompasianer setuju gak dengan kalimat ini, 'peluru hanya bisa menembus satu kepala tapi tulisan bisa menembus banyak kepala'. Seungguhnya esensi  dari menulis, seperti memasuki medan perang yang tidak terlihat. Proses membaca sebuah buku, layaknya sebuah komunikasi intens antara penulis dan pembacanya. Sehingga kalau peluru yang tepat sasaran, hanya bersarang pada satu kepala dan menyebabkan korban menderita.  Tapi tulisan laksana menembak ide atau gagasan, tidak hanya berhenti pada satu orang tapi pada setiap pembacanya.
Dampak dari tulisan tidak hanya pada satu detik tertentu, tapi bisa panjang dan berkelanjutan. Selama bukunya masih ada dan dibaca, maka ide itu akan terus menembak pembacanya.
Ide dalam bentuk tulisan adalah sebuah konten, sangat mungkin bisa bertransformasi atau berubah bentuk. Bisa dalam bentuk audio visual, games, Komik dan lain sebagainya. Salah satu lompatan ide cerita, yang kerap terjadi adalah diangkat ke layar lebar. Proses adaptasi dari novel Negeri 5 Menara ke dalam film, terjadi setelah 3 bulan masuk rak berst seller. Suatu hari ada Production House menghubungi, minta waktu bertemu untuk membahas kerjasama.
Bagaimanapun juga perlu disadari, pembaca di Indonesia tidak sebanyak penonton film. Menurut Fuady hal ini bisa menyebarkan inspirasi lebih luas, meski ada keraguan bagaimana nanti filmnya apakah sesuai novelnya.
"Film tidak akan pernah sama dengan novel, film adalah adaptasi jadi bukan fotocopy. Dalam film ada ruang untuk produser, sutradara, penulis skenario, cameramen dan sebagainya. Tugas penulis adalah melunakkan ego, berdamai dan menghargai lebih banyak orang,' ujar Ahmad Fuady.