Keluarga kecil kami, sebagaimana keluarga urban pada umumnya. Â Setiap senin sampai jumat, masing masing memiliki kesibukan di luar rumah. Ayah sebagai ujung tombak pencarian nafkah keluarga, ibu mengurus rumah dan punya usaha kecil-kecilan.
Dua anak  selain bersekolah, masing-masing juga memiliki kegiatan lain. Sulung ikut ekskul sampai jam empat sore, secara berkala ada kegiatan drumband, renang, pramuka dan futsal. Sementara adiknya ikut kelas mengaji di TPA, mulai jam dua siang sampai jam lima.
Praktis selama lima hari, anggota keluarga biasa bersua menjelang senja. Malam menjadi waktu tepat, berkumpul berbincang kegiatan seharian. Terutama menjelang tidur, orang tua dan anak bisa ngobrol dari hati ke hati.
Sebagai ayah, saya kerap memastikan anak nyaman dengan kegiatannya. Apabila senang berkegiatan, berarti mereka tidak merasa terpaksa mengerjakan. Waktu dan energi yang mereka pakai beraktivitas, sayang kalau dilakukan tidak sepenuh hati.
Lelaki masuk usia remaja, berkisah apa yang dialami seharian. Baik dengan teman di sekolah, atau dengan teman sepermainan di rumah. Gadis kecil tak mau kalah, bercerita tentang penghapus Hello Kity yang patah, kertas gambar frozen yang sobek, atau mainan baru warna ungu identik dengan Little Pony.
Masalah mereka, mungkin kelihatan sepele dan remeh di mata orang tua. Tapi tidak bagi mereka, masalah dihadapi adalah hal serius untuk alam pikirannya. Orang tua musti bijak menanggapi, agar anak bertumbuh rasa percaya diri belajar mengatasi masalahnya sendiri.
Anak dengan perlakuan baik dari orang tua, kelak akan mampu pegang kendali atas dirinya sendiri. Tidak mudah terpengaruh orang lain, penuh pertimbangan terhadap situasi yang menjerumuskan.
Sepekan berkegiatan, kami memanfaatkan kebersamaan pada Sabtu dan Minggu. Pada pagi hari libur, kami lebih lambat beranjak dari ranjang dan kasur. Melewatkan lebih banyak waktu, untuk berkegiatan bersama. Tak jarang membuat kesepakatan, menyusun kegiatan dikerjakan selama weekend.
Film sebagai alternatif hiburan keluarga, sebagai media edukasi efektif menyampaikan pesan moral pada penontonnya. Namun kita musti pegang kendalidan selektif terutama dalam memilih film yang akan ditonton bersama anak-anak.
Khusus anak-anak dibawah umur, belum bisa mengambil keputusan sendiri. Orang tua bisa berperan aktif, memilihkan judul film yang tepat ditonton bersama. Jangan sampai kejadian, setelah masuk bioskop film yang ditonton salah.