Setelah cukup umur kemudian menikah, sudah menjadi pilihan lazim sebagian besar orang. Banyak dinamika dialami setiap orang, menempuh jalan dalam menemui jodoh pengikat hati. Ada yang melewati jalan lapang, tak jarang ada pula menemu jalan terjal berliku.
Ada yang berjalan sesuai rancana, dalam arti pada usia pantas jodoh segera datang. Pada saat yang sama, ada orang diuji dengan kesabaran lebih panjang. Skenario hidup ini sama baiknya, karena bukan berarti yang menikah tepat waktu lebih baik. Perjalanan hidup setiap orang berbeda, tak bisa disamakan satu orang dengan lainnya.
Pada sisi lain ada orang merasa, kesendirian (seolah) telah ditetapkan sebagai pilihan hidup. Sembari meyakinkan diri, kebahagiaan bisa diraih dengan jalan selain menikah. Entahlah ini sebuah bentuk keputusasaan, atau sebentuk “protes” pada ujian yang tengah dilalui. Beberapa nama teman yang saya kenal baik, akhirnya tetap menikah meski usia melebihi cukup.
Setiap orang diberi kebebasan menentukan sikap, karena setiap orang bebas memilih jalan kehidupan sendiri. Setiap pilihan akan membawa dampak, memberi pelajaran bagi si pemilih jalan tersebut. Seperti pepatah “siapa menanam akan menuai”, sejatinya membenarkan bahwa hukum alam itu berlaku.
Bagi saya hal ini membulatkan keyakinan, bahwa setiap diri diberi peluang dan potensi meraih kemenangan. Bahwa setiap diri punya strategi diambil, untuk menggapai kemenangan dengan cara sendiri.
-oo0oo-
Pada perempuan telah kau ambil dari ayah ibunya, dia telah bersedia mendampingi menjalani kehidupan hingga waktu tak terhingga. Sudah seharusnya, suami menyayangi istri dengan segenap hati. Perlakuan baik suami adalah sebuah kewajaran, karena menjadi kewajiban menjaga dan membuat istri nyaman. Yakinlah tak bakal merugi, menjadi suami yang banyak mengalah pada istri.
Keegoisan menjadi sumber malapetaka, musabab suami berlaku kasar pada pasangan. Apa untungnya menang sendiri, kalau ujungnya menyakiti hati si istri. Hubungan suami istri sudah bukan perkara menang dan kalah, melainkan bagaimana bisa selaras dan seiring sejalan.
Menyandang status ayah, adalah mempersembahkan sepenuh diri pada anak-anak. Segala jerih payah dan banting tulang, dilakukan ayah demi buah hati tercinta di rumah. Pada mereka yang mengalir deras darahmu, paling berhak mendapat cinta dan perhatian ayah.
Menjadi suami dan ayah, tuga kehidupan yang tidak main-main. Keteguhan memegang amanah, niscaya membuat derajad lelaki sang kepala rumah tangga ini hendak ditingkatkan--amin.