Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Perlu Hari Pasar Rakyat Nasional?

4 Januari 2017   14:19 Diperbarui: 4 Januari 2017   14:26 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Acara Festival Pasar di Bentara Budaya Jakarta-dokpri

Lapak ibu buka selama lima hari pasaran, sehingga bisa merasakan bagaimana beda hari pasaran ramai dan hari pasaran sepi. Saya yang masih berseragam merah hati, membantu ibu saat sekolah sedang libur.

Komposisi pengaturan dagangan cukup saya hapal, hingga jelang merantau selepas Sekolah Atas posisinya tidak berubah.

Baskom ukuran sedang ditata berjajar,  pada bagian depan berisi ikatan mie bihun, krupuk mentah berderet empat dengan jenis dan harga berbeda. Baris kedua berjajar wadah senada, berisi biji kopi (dua jenis), kacang kedelai, kacang ijo, kacang sambal. Pada dibaris terakhir, mie kuning kriting berbentuk kotak dibiarkan dalam plastiknya, gula merah bentuk batok kelapa, telur, timbangan dan ember berisi minyak goreng curah.

Di belakang kursi tempat ibu duduk, dibuat rak gantung dua lapis dengan penahan di bawahnya. Bagian bawah berisi gula pasir, teh, tepung terigu, dan dagangan sejenis. Rak bagian atas, tertara sabun mandi batang, sabun cuci colek, odol dan beberapa shampo botol.

Pada langit-langit dibuat gantungan dari kawat, menjulur kopi instan, bumbu masak, kecap sachet, shampo sachet, bungkusan bumbu dapur, dan semacamnya.

Dari lapak sempit inilah, ibu membantu suaminya yang seorang guru memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Tugas belanja dagangan ke kota pada sore hari, menjadi bagian ayah sepulang mengajar. Dengan mengendarai angkutan umum, menempuh perjalanan sekitar tigapuluh menit. Kalau belanjaan sedang banyak, pihak toko langganan menyediakan mobil box pengantar secara cuma-cuma.

Dari rutinitas membantu ibu di warung, saya hapal harga barang-barang. Mulai dari harga minyak goreng sampai sabun mandi, mulai dari harga bumbu dapur sampai kacang kedelai. Beberapa pelanggan ibu saya kenal, kebanyakan ibu-ibu dari luar desa.

"Yu Nah tukang kayu, sudah sepasaran ini ga kelihatan yo lek ?" tanya ibu pada pedagang krupuk.

"Enggih bu, minggu depan Yu Nah mantu"

"Mantu anak yang mana"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun