Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Spirit Monozukuri di TMMIN Plant Sunter

15 Juni 2015   07:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diakui atau tidak Jepang tumbuh menjadi negara maju, di dukung dengan etos kerja masyarakat yang luar biasa. Brand terkenal dibidang otomotif atau elektronik, kebanyakan berasal dari Negeri matahari terbit ini. Terbukti merk merk yang menjadi leader dibidangnya, memang menjanjikan jaminan mutu bagi konsumen pemakainya. Budaya kerja yang sedemikian bervisi kedepan, diterapkan hampir di semua aspek pekerjaan. Kalau saja kita mau sejenak menengok pada sejarah, pengeboman Hirosima dan Nagasaki pada 1945 membuat Jepang luluh lantak. Namun dalam kurun waktu tidak lama sekitar lima tahun, kebangkitan negeri sakura kembali didapati. Pada 1950 Jepang membuka lembaran baru, mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Sekaligus menempatkan sebagai diri sebagai negara, dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Rata rata pertumbuhan produk domestik bruto, sebesar 10% per tahun diraih dan dipertahankan selama empat dekade. Sumber di sini

Kunjungan Kompasianers ke Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) , secara pribadi membuat mata saya terbuka lebar. Merasakan atomosfir budaya disiplin, yang diterapkan di areal TMMIN. Disiplin waktu dan disiplin job description menjadi acuan, akhirnya menjadi pemakluman akan hadirnya sebuah keberhasilan. Tak bisa seenaknya merokok disembarang tempat, berjalan harus pada posisi benar, makan diatur menunya, sholat pada waktu yang ditentukan, jam istirahat, semua diatur dengan ketat dan disiplin. Sekilas saya merasakan betapa manusia diperlakukan seperti robot, namun ketika masuk ke areal perakitan TMMIN saya menjumpai hal lain. Asumsi saya saya akui sungguh salah besar, TMMIN sangat memanusiakan manusia. Terbukti ditengah hingar bingar suara mesin, terdapat spot spot untuk beristirahat diistilahkan Oase. Tempat yang bernama oase didesign khusus dan unik, layaknya sebuah taman lengkap dengan dedaunan hijau (buatan) dan air mengalir dalam sebuah wadah. Secara psikologis taman rekayasa ini mengembalikan energi, mengalihkan sejenak pikiran jenuh setelah lelah beraktivitas. Bagimanapun secara manusiawi manusia butuh sentuhan psikologis, dengan melihat daun hijau dan mendengar gemericik air. Hal hal seperti ini bisa menentramkan hati dan pikiran, sekaligus membangkitkan semangat kembali berkarya.

********

Pak Rosyid bertindak sebagai pemandu kami, mengajak Kompasianers berkeliling pabrik perakitan dalam tour TMMIN. Dalam lingkungan kerja ditanamkan spirit Monozukuri, adalah sebuah proses tentang membuat barang, dengan proses yang diperbaiki terus menerus. Dalam budaya Monozukuri meyakini satu hal, bahwa di dunia ini tak ada yang sempurna. Artinya setiap menghasilkan suatu barang yang bermutu sekalipun, pasti akan ada celah ketidaksempurnaan. Maka ini menjadi acuan sikap untuk tidak cepat berpuas diri, setelah bisa meghasilkan sebuah produk yang berkualitas sekalipun. Konon kesempurnaan hanya terpusat pada satu titik, yaitu pada milik Dzat yang Maha Segalanya. Sebegitu detil dan telitinya di pabrik perakitan spare part, ada istilah andon sebagai display yang mengevaluasi kesalahan produksi. Terdapat Jidouka sebagai istilah untuk kondisi penolakan proses, apabila ada komponen yang terlewati.

Tiga prinsip diterapkan dalam TMMIN Plant 1 Sunter, Clean, Bright, Comfort. Maka tak mengherankan pada beberapa pos, ada peraturan membuka sepatu saat memasuki. Tersedia juga keset lengket, sehingga sepatu yang menginjak diatas keset ini otomatis kotoran akan menempel. Tiga prinsip ini diterapkan sebagai dasar, kalau pekerja nyaman bekerja maka produksinya juga bagus. Keamanan sangat diperhatikan menjadi hal yang utama, karena sumber daya manusia adalah aseet yang tak ternilai.

Sejak tahun 2004 sudah memiliki mesin sebanyak 86 unit, dengan produksi 800 silinder block. Pak Rosyid memilik target lebih untuk produksi silinder block, yaitu sebanyak 1800 unit per hari. Maka pada unit Haizen Hoshiki para member berkomitment, tidak menerima part kurang dan tidak mengirim part lebih, pun tidak mengirim part yang salah. Maka satu detik begitu sangat berharga, karena satu jam atau satu hari esensinya kumpulan dari satu detik ke detik berikutnya. Perkembangan Toyota bisa dibanggakan, selain memproduksi spare part untuk domestik kini sudah menjamah pasar international. Bahkan untuk ekspor sudah menjangkau 70 negara, yang sudah dilayani TMMIN sampai sejauh ini.

Perjalanan Kompasianers belumlah usai, kami segera berpindah tempat menuju pabrik Packing produksi. Lokasi tempat packing dicapai dengan bus, meski masih berada dalam satu areal. Pak Joko melanjutkan tugas Pak Rosyid, memandu tour kami kompasianers. Terhitung mulai tahun 2007 sampai mei 2015, TMMIN sudah ekspor sebanyak 100 ribu container. Total eksport spare part sampai 16 negara, dengan waktu tempuh bervariasi sesuai kondisi negara. Misalnya saja ekspor menuju Kazakhastan, sampai memakan waktu sekitar 3 bulan. Hal ini mengingat proses distribusi berpindah moda transportasi, dari moda laut berpindah ke darat. Untuk pengepakkan juga mengalami pembedaan, agar bisa menyesuaikan perubahan suhu yang terjadi. TMMIN sangat pantas untuk dibanggakan, pada tataran asia pacific Indonesia menempati peringkat kedua ekspor terbaik.

*******

Perjalanan mengunjungi TMMIN Plant 1 Sunter sungguh mengesankan, membuka pengetahuan baru bagi saya orang awam. Tentang pentingnya budaya berdisiplin, diterapkan mulai dari bagian terkecil yaitu setiap pribadi. Andai saja dari setiap diri sudah tertanam sikap disiplin, setelah dikumpulkan akan menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat. Tak dipungkiri perpaduan pribadi pribadi displin, menghasilkan sebuah produk yang berkualitas. Kesukesan TMMIN adalah kesuksesan disebabkan proses, yang dijalankan secara berkelanjutan dan berkesinambungan.

Lelah tak terasa menyapa setelah berkeliling TMMIN, kembali Kompasianers menuju ruang auditorium. Acara Kompasiana Nangkring di ruang yang sama, menghadirkan mas Banu Astono dari Kompas. Berbagi tips cara mudah menulis, juga stratgei mencari sudut pandangg tulisan. Acara ditutup dengan pengumuman pemenang livetwit, dan menuju arena futsal persahabatan. Team dari Kompasiana bertanding melawan team TMMIN, dan diakhiri dengan skor 4 untuk TMMIN dan 1 untuk Kompasianers. Akhirnya Kompasianers harus pamit undur diri, sembari menyimpan kesan yang akan segera dituangkan dalam goresan tulisan. Langit TMMIN Sunter berangsur gelap, tak terasa perjalanan seharian menambah pundi pudi pengetahuan baru. Bus yang mengantarkan kaki kami menginjak areal TMMIN Sunter, kini kembali datang megajak kami meninggalkan lokasi berkesan ini. (salam)

note : foto ke 2,3,4 dokumentasi dari mas Satto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun