Acara berbobot dan keren namun dikemas ringan dan nyaman adalah Kompasiana Nangkring, beberapa kali menjadi bagian dari acara ini adalah sebuah kegembiraan yang tak bisa ditukar dengan apapun, selain tentunya mendapat “suntikan” ilmu baru, bisa seru seruan dengan games dan doorprizenya, selain itu bisa saling mengenal dengan kompasianer lain yang berasal dari ragam profesi, pengalaman dan usia.
Ngobrol super keren Kompasiana Nangkring yang digelar pada 11 july 2014 kali ini bertepatan dengan acara buka puasa dan Bank Indonesia berkenan menjadi tuan rumah untuk memperbincangkan tema Ramadhan Harga Stabil. Narasumber yang dihadirkanpun sangat berkompeten
-Arif Hartawan dari Bank Indonesia
-Sartono dari Kemen Koord Perekonomian
-Widodo Sigit Pujianto dari Kemendagri
-Fery Irawan dari Kemenkeu
(mohon maaf kalau ada salah pengejaan nama dan tidak lengkap penulisan jabatan)
[caption id="attachment_347628" align="aligncenter" width="300" caption="narasumber & moderator (dok.pribadi)"][/caption]
Sebagai kompasianer saya pribadi salut dan bangga untuk kerja keras dan semangat Kang Peppi Nugraha (Editor in chief Kompasiana) yang ramah dan seluruh team kompasiana yang solid semoga sehat selalu, panjang usia dan keberkahan ganjaranlah yang menjadi balasan segala upaya yang sangat bermanfaat ini. Meskipun durasinya tergolong padat tapi rangkaian acara sangatlah kuat benang merahnya, penampilan live music dari lobbo diakhir diskusi membuat suasana semakin hangat ditutup dengan sangat berkesan meski berburu waktu berbuka puasa dengan tausiyah dari Ustad Zakki
Mengapa inflasi
Catatan menggembirakan di awal diskusi menjelang buka puasa kali ini adalah inflasi semester I tahun 2014 tergolong rendah yaitu < 2% atau berkisar di 1,99%, tahun sebelum sebelumnya pernah mencapai angka > 8%,trend yang berjadi dalam 10 tahun terakhir inflasi cenderung turun. Penurunan ini disebabkan minim shock dari sumber inflasi seperti gagal panen, bencana banjir ungkap Arif Hartawan dari Bank Indonesia
Resiko Inflasi sampai akhir 2014 yang perlu menjadi perhatian bersama*
• Kondisi cuaca yang kurang mendukung (El Nino), dapat mempengaruhi produktivitas pertanian, secara khusus perlu diwaspadai dampak El Nino pada komoditi beras apabila intensitas El Nino meningkat dari moderat menjadi kuat.
• Bertambahnya cakupan rumah tangga yang akan terkena tarif tenaga listrik yang baru per Juli (1300 VA-5500 VA).
• Adanya rencana perubahan tarif batas atas tarif angkutan udara yang akan diberlakukan setelah Lebaran.
• Rencana perubahan tarif kereta api ekonomi untuk jarak jauh dan menengah pada per September 2014, serta penyesuaian LPG 12 kg
Inflasi menjelang Ramadhan adalah Inflasi rutin yang terjadi hampir setiap tahun, mencermati data dari Bank Indonesia pola historis inflasi selama periode Ramadhan-Idul Fitri, umumnya mulai terjadi pada saat bulan puasa (t-1), kemudian berlanjut pada saat idul fitri (t0), dan cenderung mengalami koreksi harga pada satu bulan setelah idul fitri (t+1). Komoditi pangan adalah penyumbang iflasi *
*.sumber data : .
- Peranan Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Perekonomian
- Antisipasi Pengendalian Inflasi Menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri
Dampak inflasi
Masyarakat akan dibuat terkaget kaget, ketika mendekati Ramadhan 1435 H/ 2014 ini telur mendekati 20 ribu per kg (sebelumnya 18ribu-an), minyak kemasan bermerk tak lagi ramah merangkak hampir di 30 ribu (sebelumnya kisaran 20 ribuan), beras sebagai bahan pokok tak mau kalah harga promo di supermarket untuk ukuran 5kg masih bertengger tak jauh dari 100 ribu. Datar panjang masih belum usai menyusul tempe, daging ayam, daging sapi, kacang panjang, bawang merah dan putih semua numpang eksis.
Ketika uang limapuluh ribu sebelumnya bisa membeli telur satu kilo, minyak kemasan dua liter, apalagi kalau promo bisa sekalian beli gula itupun masih ada beberapa rupiah kembalian dari kasir, maka saat ini dengan uang yang sama hanya bisa membawa satu kilo telur dan dua liter minyak kemasan, masih ada kembalian selembar dua lembar uang pecahan terkecil. Sedih bingung tapi tak bisa berbuat apa apa, apalagi rakyat kecil di pelosok kampung kemana mereka harus bersuara.
Konon produsen berdalih kenaikan permintaan dan terbatasnya jumlah ketersediaan barang yang membuat harga naik, tetapi kalau mau berpikir antisipasi. Bukankah situasi tahunan yang rutin bisa disiasati dengan menambah stock barang beberapa waktu sebelum ramadhan tiba terutama untuk komoditi yang memiliki toleransi waktu simpan. Apakah memang tagline sebuah iklan bisa menjadi sindirian “kalau gak naik gak seru”. Seru buat produsen pastinya.
Yang paling merasakan imbas inflasi tidak lain dan tidak bukan adalah masyarakat, terlebih masyarakat yang ada di desa desa terpencil. Suatu saat waktu sedang menelpon ibu di sebuah kampung di jawa timur, perempuan yag sudah merasakan asam garam kehidupan ini berujar “barang barang semua naik (sambil mengucapkan beberapa harga) lha kalau orang jakarta enak duitnya kan di situ (jakarta) banyak, kalau di sini (pelosok desa) duitnya kan gak sebanyak jakarta, tapi kok harga barang ya sama”.
Saya benar benar speachles dariujung telepon sebagai anak hanya bisa menentramkan hati beliau “yang sabar buk...mudah mudahan abis lebaran harga turun”
Kalaupun akhirnya harga komiditas pangan turun kadang dilapangan sulit merubah psikologis para pedagang makanan jadi, waktu masih jadi anak kost ibu warteg langganan selalu gembar gembor harga barang naik sebagai alibi untuk menaikkan harga makanannya. Tapi setelah harga turun si ibu warteg diam saja dan tetap konsisten dengan harga yang sudah ditetapkan saat harga naik. Kalau begini siapa yang salah?
Langkah Bank Indonesia
Upaya pemerintah pastilah tak henti, segala kebijakan yang dibuat payung hukumnya bertujuan untuk kesejahteraan rakyatnya. Bank Indonesia menerapkan tugasnya untuk mencapai tujuan dengan startegi
Kebijakan Moneter: *
▪ Mempengaruhi perkembangan moneter (uang Mencapai dan Memelihara beredar dan suku bunga) untuk mencapai sasaran Kestabilan Nilai Rupiah inflasi.
▪ Memerlukan dukungan kelancaran sistem pembayaran yang cepat, aman, efisien. Kebijakan Sistem Pembayaran:
▪ Mengatur dan menyelenggaran sistem pembayaran (tunai dan nontunai) untuk kelancaran ekonomi.
▪ Memerlukan sistem perbankan yang sehat, kuat dan stabil. Kebijakan Sistem Keuangan:
▪ Melakukan pengawasan makroprudensial.
▪ Mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter dan kelancaran sistem pembayaran.
Kebijakan Moneter *
•Kebijakan yang dilakukan untuk mempengaruhi kondisi perekonomian melalui pengendalian likuiditas perekonomian, untuk mencapai sasaran akhir berupa stabilitas harga (dan mungkin juga pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja).
• Likuiditas perekonomian dapat dikendalikan melalui pengendalian uang beredar, suku bunga, atau instrument moneter yang lain.
• Kebijakan moneter tidak terlepas dari:
a.Sistem nilai tukar → sistem mengambang
b.Sistem devisa → sistem bebas
*sumber :
- Peranan Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Perekonomian
- Antisipasi Pengendalian Inflasi Menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri
Koordinasi antar lembaga Pemerintah**
Dari kementrian koordinnator Perekonomian
Menggelar pasar murah selama duapuluh hari di hampir semua daerah, memutus peranan mafia dengan membuat sistem yang berpayung hukum.
Dari kemendagri
-Memberi kepercayaan kepada masaing masing kepala daerah untuk menetapkan harga untuk produk unggulan masing masing daerah dan bekerja sama dengan pemda lainnya yang juga mempunyai produk unggulan lainnya.
-Penetapan harga dan menjaga stabilitas ketersediaan bahan atau roduk yang bersangkutan tentu akan tak mempengaruhi harga baik pada saat sedang panen ataupun tidak
Semua kebijakan dan upaya meredam sekaligus menghadapi resiko inflasi terus berkoordinasi dan saling berkaitan termasuk dengan kementrian keuangan
Yang lebih utama adalah peran serta masyarakat, sebagus apapun kebijakan dan peraturan yang dihasilkan kalau tidak didukung peran serta masyarakat akan menjadi nihil hasil
**) kesimpulan diskusi di acara nangkring kompasiana
Menjadi Finacial planing
Sebagai masyarakat kecil mungkin upaya yang dilakukan minimal untuk diri sendiri adalah menekan sikap konsumerisme. Kalau di televisi atau media massa ada nama nama tenar yang berprofesi sebagai financial planer seperti Aidil Akbar, Ahmad Gozali, Ligwina Hananto dan berderet nama lainnya. Maka tak ada salahnya diri kita berperan sebagai perencana keuangan untuk keluarga sendiri.
Kebutuhan idul fitri yang cenderung meningkat bisa disiasati dengan membeli baju lebaran untuk anak dari jauh jauh sebelum bulan ramadhan pada saat harga masih stabil atau biar mendapat harga miring membeli di pusatnya seperti pasar tanah abang. Menyiasati pulang kampung dengan mengambil cuti saat harga tiket sedang turun, kalau memang ingin berkumpul dengan orang tua saat lebaran bisa saja saudara yang berkumpul dikota tertentu patungan untuk membeli tiket mendatangkan orang tua. Cara cara yang mungkin kelihatannya aneh ini lama lama akan terbiasa dan every body happy.
Hindari sikap hedonisme, pemicu dari besarnya pengeluaran salah satunya adalah gaya hidup yang bisanya dipicu oleh nafsu. Selalu update gadget terbaru sementara gadget lama masih berfungsi dengan baik, ganti mobil karena sudah bosan dengan mobil lama. Tak ada yang salah memang dengan gaya hidup tetapi mustilah dipertimbangkan dengan cermat dan bijaksana, selama sesuai dengan kemampuan tidak masalah, tetapi kalau sudah memaksakan diri..itulah sumber masalah. Berhemat tidak sama dengan pelit, berhemat adalah membeli sesuai kebutuhan sementara pelit enggan mengeluarkan duit meskipun sedang butuh.
Keteladanan Nabi Yusuf AS
Ketika nabi Yusuf AS sedang dibalik terali besi, ketajaman bertakwil mimpi sangatlah terkenal dan analisanya selalu tepat. Suatu ketika sang raja bermimpi perihal tujuh ekor sapi betina gemuk di makan tujuh ekor sapi betina kurus dan tujuh bulir (gandum) yang dihijau bersanding dengan tujuh bulir lainnya yang kering. Setelah seantero negri tak ada yang bisa memcahkan pertanda yang dikirim lewat mimpi Raja akhirnya nabi Yusuf diperkenankan mengatasinya
"Yusuf berkata: 'Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa;, maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun yang sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang akan kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur." (QS. Yusuf (12): ayat 47-49)
Dari kisah manusia pilihan tersebut jelaslah bagi kita untuk berhemat pada saat roda kehidupan sedang di atas, agar saat sulit tak terlalu kelimpungan memback up kebutuhan. Sikap sederhana dan tak berlebih lebihan adalah perilaku terpuji yang dicontohkan para Nabi.
Sebagai orang yang beriman dan meyakini penuh hukum kehidupan, apa yang terjadi didunia ini sampai akhir jaman sudah dikisahkan Allah SWT melalui para Nabi pilihan Wallahu alam bisawab (Allah yang mengetahui sebenarbenanya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H