Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Transformasi Tukang Ojek

22 Agustus 2014   12:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:53 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_354494" align="aligncenter" width="630" caption="AWI di hitam putih - dok.pribadi"][/caption]

Maraknya pemberitaan di media eletronik dan portal perihal Putusan Akhir Pilpres di Gedung Mahkamah Konstitusi otomastis menjadi pusat perhatian sebagian besar masyarakat tertarik mengikuti perkembangan politik yang sedang memanas suhunya di tanah air. Sekian banyak pendukung kubu penggugat berkonsentrasi di sekitar lokasi detik detik dibacakan putusan MK, susana terkesan mencekam kantor yang berada disekitar jalan merdan merdeka memilih tutup dan memulangkan pegawainya lebih cepat, keributan sempat terjadi dan disiarkan live di sejumlah stasiun televisi tentu membuat penasaran penonton mengikuti perkembangan dari detik ke detik. Sekian puluh saluran televisi memenuhi udara di Jakarta ternyata ada satu saluran menayangkan sebuah acara bertajuk Hitam Putih yang ditayangkan di TRANS 7 pada kamis malam tanggal 21 agustus 2014. Dedy Corbusersebagaipembawa acara yang seorang magician tergolong pintar membaca pikiran orang dan sangat piawai mengorek sisi lain narasumber.

Adalah Abdul Wahid Ibrahim yang biasa disapa AWI seorang tukang Ojek yang kini berhasil merubah nasib menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Manado dari Partai Amanat Nasional PAN untuk periode 2014 - 2019. AWI yang lulusan SMA terlihat lancar menjawab setiap pertanyaan pembawa acara, bahkan bahasa serta istilah yang digunakan tak kalah dengan politisi yang lulusan Perguruan Tinggi, pria yang rendah hati ini mengaku belajar secara otodidak dengan banyak membaca buku, surat kabar dan menyimak berita. Sangat tegas mengungkapkan keyakinannya "kalau orang lain bisa pasti saya juga bisa" sembari bersandar pada perintah Sang Pencipta dalam kitab suci bahwa "belajar diwajibkan selama nafas masih dikandung hayat". AWI yang terkesan sederhana selalu aktif dalam kegiatan majelis taklim di daerahnya di Manado, dengan berbekal keyakinan yang bulat serta dukungan dari istri plus dengan segala keterbatasannya mencalonkan diri sebagai caleg bak gayung bersambut mendapat dukungan dari masyarakat sekitar, bahkan sang pendukung rela membuat kaos kampanye dan menyediakan konsumsi sendiri sedang AWI hanya menambahi kalau ada uang. Singkat kata tak sepeserpun uang akan didapat pemilihnya apalagi berharap ada serangan fajar.

[caption id="attachment_354495" align="aligncenter" width="300" caption="wawancara dg Deddy C - dok.pribadi"]

1408657114667780744
1408657114667780744
[/caption]

Tak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini apapun bisa terjadi, kehidupan ini memiliki mekanismenya sendiri, apabila segala prasyarat untuk sebuah pencapaian sudah diupayakanmanusia maka biarlah kehidupan akan bertindak sesuai aturannya. Mekanisme itu sudah dituangkan dalam kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi pilihan dan menjadi pedoman umat hingga akhir jaman. Janji Sang Pencipta akan "mengangkat derajad bagi diantara kalian yang berilmu dan beriman" kemudian "Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum itu merubahnya" kini sudah terpampang nyata, bahkan mungkin ada AWI AWI lain yang ada disekitar kita namun kita luput memperhatikannya.

Kini Abdul Wahid Ibrahim sudah dilantik menjadi Anggota Dewan pada 12 agustus 2014, tentu tugas berat ada dipundaknya kemudian tiba saatnya pula membuktikan janji janjinya saat berkampanye demi meraih simpati pemilihnya. Akankah AWI akan tetap menjadi AWI yang rendah hati? kita semua besar berharap semoga kesederhanaannya terus tetap dipetahankan meskipun kelimpahan materi ada didepan mata. Semoga mental dalam menghadapi ujian kerasnya kehidupan dengan menjadi tukang ojek sudah terbukti berhasil dilalui AWI, kini mental itu akan terus dibawa dan diaplikasikan dengan ujian dalam bentuk yang lain berupa kekuasaan dan materi.

Sebelum saya menyelesaikan tulisan ini saya teringat sebuah kisah tentang seekor kera yang memanjat di pucuk pohon cemara, ketika angin kencang bertiup seketika pucuk pohon cemara bergoyang ke kanan dan kiri binatang kera ini otomatis berpegang erat pada batang pohon sehingga selamat, begitu berulang dan berulang pada kesempatan yang lain, pendek kata semakin kencang tiupan angin semakin erat juga pegangan itu sehingga sang kera selamat tak terjatuh dari pohon. Sampai akhirnya angin mulai tenang dan sang kera mulai bersantai dengan melonggarkan pegangan tangannya di dahan, tak dinyana beberapa saat kemudian semilir angin mulai berhembus perlahan, bulu kuduk sang kera mulai meremang merasakan belaian udara yang segar akhirnya kera ini terbawa kantuk pegangannya tak lagi erat di dahan, dan bisa ditebak binatang ini akan mudah jatuh meskipun ujung pohon tidak bergoyang. Belajar dari kisah tersebut kadang kita bisa lulus dari ujian yang berwajah keras dan kejam karena upaya dan kerja keras selalu akrab, namun justru gagal dan lalai ketika ujian itu datang dengan wajah yang penuh keenakan. tapi bagi siapa yang memegang teguh komitmen bukan tak mungkin akan berhasil melewati segala macam ujian apapun bentuknya (waallahua'lam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun